Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sebelas Maret

Writers,

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketika Popularitas Tak Lagi Cukup

10 Oktober 2024   16:19 Diperbarui: 10 Oktober 2024   16:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena artis yang terjun ke dunia politik bukanlah hal baru di Indonesia. Berbekal popularitas yang mereka bangun di panggung hiburan, banyak artis memutuskan untuk mencoba peruntungan di ranah politik. Namun, belakangan ini, ada satu hal yang menarik perhatian publik: beberapa artis yang dulunya dikenal luas dan sangat populer, kini seolah tenggelam dari sorotan, bahkan saat mereka mencoba mendaftar sebagai calon anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa popularitas mereka di dunia hiburan tidak serta-merta menjamin kesuksesan dalam dunia politik?

Popularitas Tidak Menjamin Dukungan Politik

Banyak artis mengandalkan popularitas sebagai modal utama saat memutuskan untuk terjun ke dunia politik. Dengan ribuan bahkan jutaan penggemar, ada keyakinan bahwa jumlah suara akan datang secara otomatis. Namun, kenyataannya sering kali tidak seindah itu. Pemilih saat ini semakin cerdas dan selektif dalam menentukan wakil mereka di parlemen. Popularitas di layar kaca tidak selalu diterjemahkan sebagai kompetensi atau kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas legislatif.

Hal ini bisa dilihat dari sejumlah artis yang gagal terpilih meski memiliki nama besar. Sebut saja beberapa nama artis senior yang dulunya menghiasi layar kaca hampir setiap hari, tetapi gagal dalam pemilu legislatif. Nama besar dan rekam jejak di dunia hiburan ternyata tidak cukup untuk meyakinkan pemilih.

Tuntutan Publik: Bukan Sekadar Wajah Tampan atau Cantik

Dunia politik sangat berbeda dengan dunia hiburan. Jika di dunia hiburan, wajah tampan dan cantik bisa menjadi modal utama untuk meraih perhatian, di dunia politik, yang dicari adalah kemampuan memimpin, pemahaman terhadap isu-isu masyarakat, serta rekam jejak dalam memecahkan masalah sosial dan ekonomi. Masyarakat kini lebih kritis dalam memilih calon pemimpinnya. Mereka menginginkan seseorang yang benar-benar mampu memperjuangkan aspirasi mereka di parlemen, bukan sekadar nama besar tanpa pengalaman politik.

Bagi artis yang hanya mengandalkan popularitas tanpa dibarengi pemahaman politik yang mendalam, kegagalan di dunia politik adalah hal yang hampir pasti. Pemilih tidak hanya ingin diwakili oleh orang yang terkenal, tetapi oleh orang yang kompeten dan berkomitmen untuk bekerja keras demi kepentingan masyarakat.

Pergeseran Fokus dan Nilai-nilai Politik

Selain itu, pergeseran nilai-nilai dalam politik Indonesia juga memainkan peran penting. Jika dulu wajah-wajah populer dari dunia hiburan mungkin dianggap sebagai 'udara segar' dalam politik, kini publik semakin menyadari bahwa keterampilan, etika, dan pemahaman politik jauh lebih penting. Kecenderungan ini semakin terlihat pada pemilu-pemilu terakhir, di mana artis-artis yang tidak cukup kompeten sering kali tersisih oleh calon yang lebih berpengalaman di bidang politik atau sosial.

Politik adalah arena yang membutuhkan kerja keras, strategi, dan komitmen jangka panjang. Artis yang terbiasa dengan jadwal syuting yang fleksibel atau pekerjaan yang berfokus pada penampilan publik mungkin akan kesulitan menyesuaikan diri dengan dunia politik yang penuh dengan rapat, diskusi, dan tuntutan untuk merumuskan kebijakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun