Mohon tunggu...
Yogi Permanda
Yogi Permanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Implikasi Serangan Iran kepada Israel terhadap Geopolitik di Timur Tengah

11 Mei 2024   21:13 Diperbarui: 11 Mei 2024   21:14 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini seperti yang kita ketahui bahwa Iran telah melancarkan serangannya kepada Israel pada 14 April 2024 lalu dengan menembakkan lebih dari 300 rudal balistik dan juga drone. Serangan tersebut menyebabkan beberapa kerusakan kecil di wilayah Pangkalan Udara Israel serta menargetkan beberapa Kota seperti Yerusalem. Serangan rudal tersebut sebagian besar berhasil dihadang oleh militer udara Israel dengan bantuan Amerika Serikat, Inggris dan Yordania yang merupakan sekutu dari Israel.

Iran menyatakan bahwa alasan penyerangannya tersebut merupakan wujud aksi balas dendam terkait dengan Israel yang terlebih dahulu melakukan penyerangan konsulat jenderal Iran di Damaskus pada Senin 01 April 2024 yang menewaskan 16 orang dan 3 diantaranya adalah komandan tinggi Iran. Konsulat jenderal merupakan wilayah kedaulatan ekstrateritorial sebuah negara, maka penyerangan konsulat jenderal dianggap sebagai penyerangan langsung terhadap negara. Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan tindakan mereka sebagai bentuk pertahanan diri yang diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB sebagai respon atas agresi militer berulang kali yang dilakukan oleh Zionis. Selang beberapa hari setelah serangan Iran ke Israel, Israel kemudian membalas kembali dengan meluncurkan serangan pada 19 April 2024 yang menargetkan fasilitas nuklir Iran di kota Isfahan. 

Konflik antara Iran dan Israel ini sebenarnya bukan suatu hal yang baru, namun sudah terjadi sejak 1979 ketika rezim baru Revolusi Islam yang dikomandoi Ayatollah Ruhollah Khomeini merebut kekuasaan di Teheran. Ayatollah menolak "Imperialisme" dari Amerika Serikat dan sekutunya Israel, dan sejak saat itu Iran memutus hubungan bilateralnya dengan Israel. Konflik antara Iran dan Israel yang semakin memuncak baru-baru ini adalah karena akar dari permasalahan yang terus terjadi antara Israel dan Palestina. Iran merupakan negara yang memiliki simpati yang sangat besar kepada Palestina. Iran juga bahkan sudah lama membentuk proksi kekuatan di wilayah Timur Tengah dengan cara mendanai kelompok-kelompok perlawanan seperti Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina yang berkonflik langsung dengan Israel itu sendiri. 

Ketegangan berkecamuk yang semakin memanas baru-baru ini telah menjadi pemandangan umum bagi masyarakat di Timur Tengah. Terdapat banyak sekali faktor yang melatarbelakangi konflik berkelanjutan ini diantaranya adalah seperti kepentingan politik, agama dan ekonomi yang saling bertabrakan antar kedua belah pihak. Hal tersebut tentunya dikhawatirkan akan menyebabkan masalah geopolitik yang serius, terlebih lagi jika melihat kekuatan militer dari Iran dan Israel tidak dapat disepelekan. 

Iran merupakan salah satu negara yang memiliki rudal balistik terbesar di Timur Tengah dan dapat menggunakan kelompok lain dikawasan untuk menyebarkan pengaruh dan kepentingan nasionalnya. Mengacu pada Indeks Global Firepower dunia (GFP), kekuatan militer Iran berada pada peringkat ke 14 dari 145 negara yang dipertimbangkan untuk peninjauan GFP pada tahun 2024. Data tersebut diambil berdasarkan banyak faktor seperti kuantitas dan kualitas unit militer, faktor keuangan negara, kemampuan logistik dan geografi hingga kemampuan daya tembak yang tersedia saat ini.  Iran memiliki angkatan bersenjata kuat yang bernama Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) sebagai perlindungan ekstra bagi rezim baru yang didirikan tidak lama setelah Revolusi Islam pada 1979. IRGC memiliki kemampuan dalam mengawasi dan menembakkan program rudal balistik di Iran yang memiliki jumlah terbesar di Timur Tengah. Salah satu rudal balistik Iran adalah Sejil yang mampu melesat dengan kecepatan lebih dari 10,500mph dan dengan jangkauan mencapai 1,550 mil jauhnya.

Sedangkan Israel merupakan negara yang kekuatan militernya berada di peringkat ke 17 berdasarkan pada Indeks Global Firepower dunia (GFP) sehingga Israel termasuk dalam 20 besar kekuatan militer di dunia. Berdasarkan data tersebut maka dari segi kekuatan militer Iran dan Israel tidak terpaut terlalu jauh secara keseluruhan. Keunggulan Iran atas Israel tersebut bukanlah faktor yang paling relevan dalam konflik persenjataan antara Iran dan Israel. Israel unggul atas Iran dari segi kekuatan udara karena Secara keseluruhan, Israel memiliki 612 pesawat tempur, sementara Iran memiliki 551 pesawat tempur. Israel juga memiliki sekutu Amerika Serikat yang merupakan negara dengan kekuatan militer paling ditakuti di dunia. 

Serangan Iran kepada Israel tersebut akan menyebabkan dampak yang signifikan di seluruh dunia terkhususnya di Timur Tengah itu sendiri. Yang dimana akan semakin memperdalam konflik antara kedua belah pihak yang sudah berlangsung sejak lama. Hal tersebut juga dianggap sebagai awal mula pemicu perang dunia ketiga dan menyebabkan ketegangan di masyarakat dunia saat ini. Negara-negara sekutu juga dikhawatirkan akan ikut terlibat langsung dalam upaya membantu koalisinya masing-masing. 

Dari segi militer, Israel memiliki kebijakan nol toleransi terhadap segala ancaman yang mengganggu keamanan nasionalnya. Responsnya yang tegas dan siap melancarkan serangan balasan terhadap target-target Iran dapat memicu spiral kekerasan yang lebih besar di wilayah tersebut. Begitu pula Iran yang memiliki banyak kelompok perlawanan kuat yang siap menyerang kapanpun mereka merasa terancam. Iran dan Israel merupakan negara yang sama kuatnya dan memiliki armada tempur yang memadai, eskalasi konflik ini memberi peluang pecahnya perang terbuka yang lebih besar di kawasan Timur Tengah. 

Selain itu, implikasi di bidang ekonomi dan politik juga menjadi isu yang harus kita perhatikan salah satunya adalah kenaikan harga minyak dunia. Adanya keterlibatan negara-negara Arab serta Amerika serikat yang memiliki kepentingan strategis di wilayah tersebut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Iran merupakan negara produsen minyak terbesar keenam di dunia, sedangkan Israel memiliki pengaruh besar di Timur Tengah yang kaya akan cadangan minyak global. Konflik kedua negara ini tentu berpotensi untuk mengganggu proses pasokan minyak global baik itu pada proses produksi maupun distribusi minyak. Kenaikan harga minyak juga dapat menyebabkan inflasi di dalam negeri terlebih pada sektor yang bergantung kepada minyak seperti transportasi dan juga industri. Hal ini tentunya akan meningkatkan beban subsidi energi pemerintah dan menekan anggaran negara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun