Dalam teori perkembangan kognitif Jerome Bruner, tahap ikonik memainkan peran penting dalam cara individu belajar dan memahami dunia di sekitar mereka. Tahap ini, yang biasanya mengikuti tahap enaktif dan mendahului tahap simbolik, menekankan pentingnya representasi visual sebagai alat dasar untuk belajar. Selama tahap ikonik, pelajar mulai sangat bergantung pada gambaran mental dan visualisasi untuk memahami dan menginternalisasi konsep. Ketergantungan pada rangsangan visual ini memungkinkan siswa untuk membuat representasi mental dari informasi, yang dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk memproses dan mempertahankan pengetahuan. Misalnya, ketika siswa menemukan ide-ide abstrak atau subjek yang kompleks, mereka sering kali mendapat manfaat dari alat bantu visual seperti diagram, bagan, dan ilustrasi yang membantu memperjelas dan menyederhanakan materi. Selain itu, tahap ikonik mendorong pelajar untuk terlibat dengan konten dengan cara yang lebih dinamis. Dengan memvisualisasikan konsep, siswa dapat mengeksplorasi hubungan, pola, dan struktur yang mungkin tidak langsung terlihat melalui penjelasan verbal atau tekstual saja. Keterlibatan visual ini menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam dan dapat mengarah pada hubungan yang lebih bermakna antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya. Selain itu, tahap ikonik sangat penting dalam mata pelajaran yang secara inheren bersifat visual, seperti seni, sains, dan matematika. Dalam bidang ini, kemampuan memvisualisasikan konsep dapat memfasilitasi pemecahan masalah dan pemikiran kritis. Misalnya, dalam matematika, siswa mungkin menggunakan model visual untuk memahami hubungan geometris atau memecahkan persamaan, sementara dalam sains, mereka mungkin memvisualisasikan proses seperti fotosintesis atau siklus air untuk memahami kompleksitasnya. Secara keseluruhan, penekanan Bruner pada tahap ikonik menggarisbawahi gagasan bahwa pembelajaran bukan hanya proses verbal atau tekstual; melainkan, proses ini diperkaya dengan penggunaan representasi visual. Dengan menggabungkan elemen visual ke dalam pengalaman belajar mereka, siswa dapat meningkatkan kemampuan kognitif mereka, meningkatkan pemahaman mereka, dan akhirnya mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang mereka pelajari. Tahap ini berfungsi sebagai jembatan antara pengalaman konkret dan pemikiran abstrak, yang membuka jalan bagi pelajar untuk beralih ke tahap simbolik yang lebih maju, di mana mereka dapat memanipulasi simbol dan bahasa untuk mengekspresikan pemahaman mereka. Contohnya, saat mempelajari geografi, siswa dapat menggambar peta untuk memvisualisasikan lokasi dan hubungan antar tempat. Representasi visual ini membantu siswa mengorganisir informasi dan membuat pembelajaran lebih konkret, sehingga mereka dapat lebih mudah memahami dan mengingat materi yang dipelajari. Pendekatan ini mendukung pengembangan pemikiran kritis dan kreativitas dalam belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H