Mohon tunggu...
Yogi Hamboro Bekti
Yogi Hamboro Bekti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta

belajar belajar belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif Sosiologi Komunikasi dalam Perjuangan Pahlawan Nasional Jenderal A.H Nasution Pada Peristiwa G30S PKI

8 Juli 2024   13:42 Diperbarui: 8 Juli 2024   13:52 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Koleksi Pribadi

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918 di Kotanopan, Sumatera Utara, adalah salah satu tokoh militer dan politik penting dalam sejarah Indonesia. Ia memulai karier militernya pada masa pendudukan Jepang dan kemudian bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945.

Nasution dikenal sebagai seorang ahli strategi militer yang ulung. Ia berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia selama masa Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949), terutama melalui strategi perang gerilya. Setelah revolusi, Nasution menduduki berbagai posisi penting, termasuk Kepala Staf Angkatan Darat (1955-1962) dan Menteri Pertahanan dan Keamanan (1959-1966).

Salah satu peristiwa paling signifikan dalam hidupnya adalah usaha pembunuhan pada malam Gerakan 30 September (G30S) pada tahun 1965. Nasution berhasil lolos dari percobaan pembunuhan tersebut, meskipun putrinya, Ade Irma Suryani, dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean, tewas dalam serangan itu. G30S menjadi salah satu momen penting yang mengubah arah politik Indonesia, yang akhirnya menyebabkan jatuhnya Presiden Sukarno dan naiknya Soeharto ke tampuk kekuasaan.

Setelah peristiwa G30S, Nasution tetap berperan dalam pemerintahan sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Ia terus aktif dalam berbagai bidang hingga akhir hidupnya. Jenderal A.H. Nasution meninggal dunia pada 6 September 2000 di Jakarta, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ia dihormati sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berjasa besar dalam membangun dan mempertahankan Perjuangan Jendral AH Nasution dalam Perspektif Sosiologi Komunikasi

Jenderal AH Nasution merupakan salah satu tokoh kunci dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam perjuangan kemerdekaan dan pasca kemerdekaan. Sosiologi komunikasi dapat digunakan untuk menganalisis perjuangannya dari berbagai aspek, termasuk:

1. Komunikasi Politik:
Nasution dikenal sebagai orator yang ulung dan mampu membangkitkan semangat rakyat untuk berjuang melawan penjajah. Kemampuannya dalam komunikasi politik terbukti efektif dalam memobilisasi massa dan menggalang dukungan untuk perjuangan kemerdekaan.
Nasution juga menggunakan media massa, seperti surat kabar dan radio, untuk menyebarkan informasi dan gagasannya. Penggunaan media yang efektif ini membantunya untuk memperluas jangkauan pesannya dan membangun basis dukungan yang lebih luas.

2. Komunikasi Interpersonal:

Nasution memiliki kemampuan interpersonal yang baik dan mampu menjalin hubungan yang kuat dengan berbagai pihak, termasuk para pemimpin militer dan sipil, serta rakyat biasa. Kemampuannya dalam membangun hubungan ini sangat penting dalam perjuangannya untuk mencapai tujuannya.
Nasution juga dikenal sebagai mentor dan guru bagi banyak perwira muda, yang kemudian menjadi pemimpin militer yang berpengaruh di Indonesia. Kemampuannya dalam membimbing dan mengembangkan generasi muda menunjukkan bahwa dia adalah seorang pemimpin yang visioner dan berwawasan luas.

3. Komunikasi Massa:
Nasution menggunakan media massa untuk menyebarkan informasi dan gagasannya kepada publik. Dia menulis banyak artikel dan buku tentang berbagai topik, termasuk strategi militer, politik, dan sejarah. Karya-karyanya ini membantunya untuk membangun reputasi sebagai seorang pemikir dan pemimpin yang cerdas dan berpengetahuan luas.
Nasution juga aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan sosial. Dia adalah anggota pendiri Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Politik (AKSES) dan aktif dalam berbagai kegiatan budaya dan pendidikan. Keterlibatannya dalam berbagai organisasi dan kegiatan ini membantunya untuk memperluas jangkauan pengaruhnya dan membangun jaringan yang kuat dengan berbagai pihak.

4. Komunikasi Interkultural:
Nasution memiliki kemampuan komunikasi interkultural yang baik dan mampu berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. Kemampuannya ini sangat penting dalam pekerjaannya sebagai diplomat dan perwira militer, yang sering membawanya untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagainegara. Nasution juga dikenal sebagai seorang yang toleran dan menghormati perbedaan budaya. Hal ini terlihat dari usahanya untuk membangun hubungan yang baik dengan negara-negara lain, termasuk negara-negara yang memiliki budaya dan sistem politik yang berbeda dengan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun