Pada setiap tanggal 20 Mei, bangsa ini mengenang suatu peristiwa yang sangat berpengaruh bagi Indonesia yang mana peristiwa tersebut diprakarsai oleh para pemuda Indonesia. Seratus lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 Mei 1908, para pemuda menyatukan tekad kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dengan mendirikan oraganisasi bernama Boedi Oetomo. Organisasi Boedi Oetomo yang didirikan Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji serta digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo pada awalnya bukan organisasi politik, tetapi lebih kepada organisasi yang bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Namun seiring waktu Boedi Oetomo kemudian menjadi cikal bakal gerakan yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia.
Saat itu bangsa ini masih merasakan penjajahan bangsa Belanda, banyak orang-orang yang merasakan ketidakadilan dan penderitaan yang terus menyingkap di batin dan tubuh mereka. Melihat hal tersebut menggugah para pemuda tersebut untuk memberikan perlawanan. Perlawaan dari para pemuda tersebut dimaksudkan untuk menghadapi kekuasaan kolonial Belanda yang tidak manusiawi dan tidak adil yang telah berabad-abad lamanya berlangsung di tanah air Indonesia. Kesadaran tersebut berangkat dari gagasan Sutomo yang menyatakan bahwa hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Boedi Oetomo pula lah yang dianggap sebagai pelopor organisasi kebangsaan lainnya. Semangat dan tekad seperti itulah yang kemudian patut kita teladani dan peringati setiap tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Refleksi makna untuk generasi saat ini
Jejak akan tekad kesadaran tersebut mungkin dapat menjadi cerminan bagi kita semua saat ini. Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional tahun ini sebaiknya tidak hanya diisi dengan pidato atau dengan perayaan semata, tetapi dengan lebih baik lagi bila membuat asumsi terhadap diri kita sendiri mengenai makna yang terkandung di dalam peringatam Hari Kebangkitan Nasional.
Bangsa Indonesia saat ini memang tidak sedang dijajah secara “fisik”, lalu untuk apa memaknai Hari Kebangkitan Nasional? Bila kita melihat situasi sekarang, tantangan utama yang harus dihadapi oleh bangsa ini adalah untuk tetap menjaga dan memelihara perdamaian di negeri ini agar tetap mempertahankan Indonesia dalam satu kesatuan yang utuh. Kita tahu Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri ribuan pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Beragam suku bangsa, bahasa dan agama juga menjadi hal yang unik dari Bangsa Indonesia. Sedikit saja gesekan yang terjadi dalam masyarakat mungkin akan menjadi pemicu disintegrasi bangsa. Maka diperlukan rasa kebangsaan agar Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya semboyan yang menjadi slogan belaka, tetapi benar-benar dapat menjiwai perilaku seluruh rakyat Indonesia. Dan salah satu hal yang bisa menumbuhkan rasa kebangsaan adalah makna dari Kebangkitan Nasional,
Tidak hanya masalah intergrasi saja, namun rasa kebangsaan yang perlu dipupuk melalui makna Hari Kebangkitan Nasional dapat berfungsi pula untuk membentuk mental bangsa agar mampu menghadapi masalah-masalah yang datang yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Seperti yang kita lihat pada kondisi masyarakat saat ini, sadar atau tidak konsep di dalam pikiran masyarakat menjadi lebih menyukai “ditarik” daripada “menarik”. Kondisi tersebut yang membuat Indonesia kini masih menghadapai masalah-masalah seperti ketidakadilan, ketertinggalan, kemiskinan, kebodohan dan ketergantungan sehingga menyebabkan kita terjajah secara ekonomi dam politik dari bangsa-bangsa lain.
Mengingat akan semua hal itu, semangat keteladanan yang di usung dari pemuda bangsa pada tahun 1908 tersebut harus selalu disemaikan di pikiran kita. Kita sebagai generasi penerus garis depan bangsa patut untuk menumbuhkan dan memelihara kebangkitan jiwa-jiwa pengemban semangat kemerdekaan dari para pendahulu. Seperti yang diharapkan dari momentum Hari Kebangkitan Nasional ini yaitu dapat menumbuhkan sebuah kesadaran kita sebagai penerus sejarah untuk dapat terus mengingat akan pentingnya sebuah sikap dan perilaku terhadap apa yang akan kita hadapi kelak dalam berproses menuju sebuah kemajuan bangsa. Dengan demikian kita hanya tinggal menunggu generasi penerus yang memiliki kemampuan memimpin bangsa dengan jujur dan adil dengan berangkat melalui aspirasi rakyat sehingga kita dapat secara bertahap mewujudkan apa yang dikehendaki dan diharapkan bangsa ini sejak dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H