Judul ini bukan untuk si bulan desember yang namanya tak pernah diubah sejak tahun pertama masehi.Judul ini adalah sebuah perasaan dan perubahan yang hanya kita saja yang bisa merasakan.Kenapa?mengapa?kok bisa?bagaimana ?.
Hela nafas dalam-dalam kenanglah,seperti apa desember kemarin jangan pakai kecemburuan apalagi rasa marah,tetapi pakai otak kita,pikir kita, keadaan kita dan lingkungan kita waktu itu.Kemudian tanyakan dalam hatimu seperti apa desember?.
Jangan jauh-jauh penglihatanmu dari luar tubuhmu agar kau tidak terjebak dalam kedangkalan hati dan juga kejengahan emosi kemudian keirihan hati yang membuatmu gelap melihat akhir tahun menjadi kelabu.Lalu kau katakan sambil menyayikan lagu berjudul desember kelabu.Awas jangan menjadi manusia yang suka memvonis keadaan dirimu.Tak baik buat do'a akhir tahun jika kau mencari sebuah kebahagiaan di hatimu.
Tulisanku bukan sedang mengguruimu yang sedang membaca sampai di paragraf buatanku ini.Tulisanku sedang berbicara dengan semua yang merasa memiliki jiwa yang sedang berada dan masih hidup di akhir tahun ini.
Sekali lagi jangan jauh-jauh dari tubuhmu jika kau ingin mengubah dirimu dan bercita-cita memperbaiki lingkunganmu.Banyak hal telah terjadi sepanjang tahun ini,karena hidup memang tidak semudah seperti yang telah kita bayangkan sebelumnya.Hidup tak bisa kita prediksi karena masih ada warna-warni yang wajib menghiasinya.Hidup harus ada tidak hidup alias mati.Hidup harus ada tawa baik itu terbahak-bahak karena kemenangan ataupun terbahak bahak karena keserakahan.Hidup juga ada tangis karena penderitaan dan tangis karena peran manipulasi dan kebohongan merebut sebuah kepentingan.
menangis saja lebih baik bagimu daripada kau tertawa tapi menderita.Tetapi tertawa saja dirimu tapi tak pernah kau menangis serasa kering kelopak matamu dari pengharapan dan introspeksi.
Tanyakan sekali lagi?bagaimana desembermu kini.Pada hatimu jangan matamu,kakimu atau tanganmu karena kita semua tahu,anggota tubuh kita itu tak pernah kita berikan pilihan kelebihbaikan.Karena dunia semakin tua dan kemaksiatan merajalela.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H