Mohon tunggu...
yogie anggara
yogie anggara Mohon Tunggu... -

Aku suka melihat,mendengar dan melirik kata-kata serta mengucapnya dalam hati atau meneriakinya dengan keras.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Canda dan Harapan Jiwa

3 Januari 2011   06:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bercanda penuh cinta di tengah hujan abu campur pasir bromo

Hahahahahah….ini asyik juga dari pada hukhukhukhuk…. dengan iringan irama sendu sedan lelehan air mata dan jeritan hati yang diam membeku tanpa sedikitpun suara ringikan seperti kuda, yang berharap sang tuan memberinya kesempatan untuk menghela lelah sedikit saja.

“Hai!sekarang udah mulai berubah ya?”teriakku dalam hati.Bukan pada siapapun tapi pada apapun yang ada disekitarku.Bukan karena aku tidak punya teman,tetapikarena aku punya perasaan yang tak harus dong aku ungkapkan pada semua orang.Hehehehe malu mungkin atau hanya sekedar sedikit gak percaya diri aja.

Aku bukan ingin curhat pada kamu yang sedang membaca tulisanku.Maaf, bukan karena aku tidak mau terbuka,Cuma aku tahu kamupasti tak akan peduli dengan urusanku.Ngapain juga ngurusi orang yang gak penting,masih banyak urusan di negeri ini yang wajib kamu komentari dan membutuhkan rasa pedulimu.

Kamu tahu kan bangsa kita rasa nasionalismenya mulai tampak tumbuh buat para timnas kemarin.Kamu tahu kan bangsa ini saling bergotong royong menyangga duka para korban bencana di Merapi,Wasior maupun Mentawai.Nah,kamu pasti punya rasa peduli juga dong melihat keluh kesah para korban kegagalan juara dan juga korban musibah bencana itu.

Penting menurutku kita mulai tahun 2011 melihat lebih luas dari luar tubuh kita daripada hanya sekedar mensolek diri dengan sikap konsumerisme yang mulai membanjiri tanah tumpah darah ini.

Rasa syukur,pantas mulai kembali tumbuh dalam setiap relung jiwa kita karean rasa syukur plus rasa ikhlas akan menjadikan hari-hari kita dipenuhi rasa canda.Bukan karena kita gak serius menghadapi sesuatu,tetapi lebih karena kita bisa menyikapi segala sesuatu dengan lapang dada dan penuh pujian pada Yang Esa.

Lantas,bolehlah kita tertawa dalam batasan yang wajar dalam melihat sesuatu yang terbingkai dalam lukisan media.hehehee….jangan salah tafsir dengan lukisan media.Karena aku tidak mengatakan kalau media itu tak pandai melukis tapi padai juga memasang lukisan di dindang rumah-rumah yang membuat orang merasa senang.Bukan 86 tapi juga 87, 88, 89.

“Pantes saja Timnas terekspos besar-besaran karena hanya untuk menutupi beritanya si Gayus,”celentuk wak jo di sebuah kedai kopi.Lho..lho kok dia ngomong gitu.

Salah kaprah kalau kita hidup dengan banyak prasangka.”Bromo erupsi aja dibilang meletus,bromo awas aja udah kayak gitu gentingnya,”tambah pemilik vila di cemoro lawang lewat status akun facebooknya merasa sedikit kecewa.Dia kecewa bukan karena bromo yang mengepul asap vulkanik tapi gelo [jawa: kecewa]karena pemberitaan media dan juga ueforia pejabat daerah.Sementara kini ketika abu bromo mulai tebal mereka semua terkesan lambat hingga semua rata terkubur pasir.”Mana pejabatnya kok udah gak nongol lagi,”seorang pekerja media menjerit karena tak dapat nara sumber ketika di lokas.hehehee..kuncinya sabar,ikhlas neriman.[yogie]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun