Mohon tunggu...
Yogi Adnan
Yogi Adnan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Digital Enggagement
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hoby Finance book Bloging, games sport writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Hikmah Melunasi Hutang Gadai Sesuai Waktunya

16 Januari 2024   09:48 Diperbarui: 16 Januari 2024   09:56 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
klipingsumateracom.wordpress.com

Dahulu kala, di sebuah desa kecil yang terpencil, hiduplah seorang pemuda bernama Rizki. Rizki hidup dalam kemiskinan setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Dia harus mencari cara untuk bertahan hidup, dan satu-satunya cara yang terlintas dalam pikirannya adalah dengan menggadaikan barang-barang berharga miliknya.

Suatu hari, Rizki melihat seorang pedagang kaya bernama Budi datang ke desa mereka. Budi membawa sejumlah perhiasan mewah yang mengilap dan gemerlapan. Pemuda itu merasa terinspirasi dan memutuskan untuk mendekati Budi, berharap bisa mendapatkan bantuan keuangan darinya.

"Selamat pagi, Pak Budi. Saya Rizki, anak desa ini," sapa Rizki dengan malu-malu.

Budi yang melihat ketidakberdayaan Rizki, merasa tergerak hatinya. Dia memutuskan untuk membantu pemuda itu dengan cara yang unik.

"Bisakah kamu berikan sesuatu yang berharga untuk digadaikan? Saya akan memberikan uang tunai sekarang, dan kau bisa menebusnya nanti," ucap Budi sambil tersenyum ramah.

Rizki yang melihat kesempatan ini, menggadaikan jam tangan warisan dari ayahnya. Budi memberikan sejumlah uang tunai kepada Rizki, sementara jam tangan itu menjadi jaminan gadai.

Minggu demi minggu berlalu, Rizki berusaha keras untuk meningkatkan kondisi hidupnya. Dia bekerja keras di ladang dan mencari peluang usaha kecil-kecilan. Ketika waktunya tiba untuk menebus barang gadai, Rizki melihat jam tangan warisan itu dengan penuh rasa haru.

Namun, Budi yang melihat perubahan positif dalam hidup Rizki, merasa senang melihat pemuda itu telah belajar berdiri di atas kaki sendiri. Budi dengan tulus mengatakan, "Rizki, engkau tidak perlu menebus jam tangan itu. Pertahankan saja sebagai hadiah dariku karena kau telah membuktikan bahwa kau bisa bangkit dari keterpurukan."

Rizki pun bersyukur dan berjanji akan terus berusaha untuk sukses dalam hidupnya. Dari situlah, terjalinlah persahabatan antara Budi dan Rizki yang mengajarkan bahwa kadang-kadang, bantuan tidak hanya datang dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk dorongan dan kesempatan untuk berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun