Mohon tunggu...
Yogi Gozali
Yogi Gozali Mohon Tunggu... -

Jangan membutakan diri terhadap apa yang terjadi. Jalankan sesuai dengan Porsi'mu , utamakan Tuhan untuk menyelesaikan'Nya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mereka Bilang Saya GILA "Ahok"

9 Juni 2016   09:27 Diperbarui: 26 September 2016   22:54 2967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Ya dia adalah Basuki Tjahja Purnama alias AHOK berasal dari kota Belitung Timur yang lahir pada 29 Juni1966 di Gantung, desa Laskar Pelangi, Belitung Timur

Dia yang pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur pada periode ( 2005-2006) , Anggota DPR RI II (2009-2014) , Wakil Gubernur DKI JAKARTA ( 2012)

dan sekarang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta (2014).

Bagi mereka yang bisa mengerti pandangan tujuan politik yang bagus tentu dapat mengerti bagaimana keadaan pada saat ini fungsi sistem politik yang campur aduk antara penguasa dan yang dikuasai tidak balance membuat rakyat semakin pasrah akan keadaan. Gagasan nasionalisme dalam konten kenyataan yang di hadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu masalah kepimpinan. Dalam mengemukakan gagasan nasionalisme  yang berkaitan dengan hal kepimpinan,

Ahok mengutip salah satu pepatah Tiongkok kuno, "Bahwa jika kepalanya lurus maka yang di bawahnya tidak berani tidak lurus". Artinya adalah rakyat sangat di tentukan oleh pemimpinnya , jika atas lurus maka di bawahnya akan mengikutinya. Menarik kesimpulan bahwa kondisi bangsa ini di akibatkan oleh pemimpin yang memimpin. Lantas bukankah kepemimpin nasional dan lokal terpilih melalui sistem langsung oleh rakyat, bukankah itu berarti pemimpin yang muncul pada saat ini adalah pilihan rakyat, Lalu mengapa pemimpinnya melupakan rakyat setelah terpilih (?)

Coba berpikir sejenak untuk memberikan jawaban atas permasalahan tersebut (?)

Ya, proses perekrutan pemimpin bangsa ini yang bermasalah sekarang, Kita lebih banyak menghasilkan pemimpin bangsa ini yang Primordialisme yang tidaklah sedikit yang terpilih tidak pantas disebut "pemimpin". Melainkan hanyalah penguasa yang politik pemecah belah bangsa.

Tidaklah sedikit rakyat miskin selalu merasa setelah pesta demokrasi usai, maka nasib mereka kembali dilupakan setelah menjadi pejabat, sementara kelompok rakyat yang berpendidikan,berpenghasilan di atas rata-rata, Menyatakan siapapun yang jadi nasib bangsa ini tidak akan berubah banyak, sebab yang menjadi pejabat "itu-itu juga" atau sama saja karakternya alhasil mereka akan acuh terhadap politik Indonesia.

Bagaimana mungkin kita bisa melawan penguasa jika mereka tidak melalukan semua tugas sumpah jabatannya ? Tentu saja sebagai rakyat miskin tidak mungkin bisa melawan orang kaya. Apalagi oknum pejabat yang korupsi, "orang kaya saja tidak bisa menantang pejabat,Jadi kalau mau melawan oknum pejabat yang korup jadilah pejabat  ujar Ahok". Fungsi Sosialisasi politik harus sosialisasi yang terbuka dimana ada keseimbangan / keep and balance antar pemerintah dan rakyat, di mana mencintai rakyat kecil adalah kunci untuk memperbaiki bangsa Indonesia sehingga tidak adanya "kebutaan" terhadap politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun