Mohon tunggu...
Dayoe Yogeswary
Dayoe Yogeswary Mohon Tunggu... -

Batavian with a dash of Balinese.\r\nLove life, love books.\r\n\r\nhttp://kucinghitamjalanjalan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anjing Vs Kucing and Teori Konspirasi Islam

3 Januari 2014   07:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akur tenan...

Seorang teman di-tag di status Facebook yang berisi resep masakan. Karena penasaran, saya mengecek profil Facebook si temannya teman ini. Siapa tau ada resep lagi untuk suami tercinta, batin saya. Si ibu ini ternyata Muslim dan selain resep masakan ia juga hobi mensharing tentang agamanya. Sampai disini masih wajar, banyak teman saya juga hobi mensharing seperti itu. Saya terus menscroll kebawah, berharap menemukan resep lainnya, lalu saya menemukan artikel yang kurang lebih isinya menyatakan ada konspirasi untuk menaikkan derajat anjing dan mendiskreditkan kucing. Waduh kok ekstrim begini, pikir saya. Saya pun kabur dari Facebook dengan perasaan galau.

Begini hitung-hitungan saya: anjing ciptaan Tuhan, kucing juga, jadi kenapa dipermasalahkan? Apa iya anjing sebegitu nistanya untuk umat Islam? Kalau iya, kenapa Tuhan yang maha bijaksana menciptakannya? Apa iya kucing sebegitu terhormatnya bagi umat Islam? Apa alasannya, apa hanya karena kucing peliharaan Nabi Muhammad? Kalau ya, kenapa tidak menghormati sapi? Sapi membajak sawah, menghasilkan susu, dan juga daging. Lebih berguna bukan? Terkadang saya merasa umat Islam menghormati kucing seperti umat Hindu menghormati sapi. Buat kami sapi adalah "ibu", hewan suci yang memberikan banyak hal dan kendaraan dewa dalam kepercayaan kami. Jadi kalau umat Islam meletakkan kucing setara dengan kami meletakkan sapi dalam kepercayaan kami, kok terdengar salah kaprah ya? Karena setahu saya di Quran tertulis "Jangan mendewakan yang lain selain Aku" (atau sesuatu seperti itu). Lagipula, apa iya Tuhan benar-benar perduli dengan popularitas anjing vs kucing? Beliau ga sepicik itu pastinya, dan Beliau punya banyak hal yang mesti diurus. Jangan mengkerdilkan Beliau lah.

Dalam pandangan saya, teori "konspirasi mendiskreditkan kucing" ini memiliki bahaya laten. Hal-hal ini (dan beragam versi usaha menjatuhkan Islam) membuat para pembaca Muslim merasa mereka hidup dikejar-kejar, bahwa mereka akan didiskreditkan; hal-hal ini membuat para pembaca Muslim memandang rekan senegaranya yang non-Muslim sebagai musuh yang perlu diwaspadai. Ini Indonesia bung, anda semua aman disini. Umat non-Muslim bahkan tidak bisa membangun rumah ibadahnya bila tidak mendapat persetujuan warga sekitarnya (yang kebanyakan Muslim, dan biasanya menolak keras). Saat kami membangun Pura di daerah kami, Pura kami dilempari kotoran manusia. Ayah teman saya digagalkan promosinya di perusahaan negara karena menolak memeluk Islam. Saat Lebaran bertepatan dengan hari raya Nyepi (dimana suara keras dan pergi keluar rumah tidak diperbolehkan), umat Hindu Bali bertoleransi dan membolehkan masjid-masjid mengkumandangkan adzan dan umat Islam melaksanakan sholat bersama; sementara saat Nyepi lainnya (bukan Lebaran atau hari raya Islam) banyak umat Muslim lengkap dengan peci dan sarung dengan tenangnya berjalan-jalan keluar rumah dengan alasan "Ini bukan hari raya kami!". Di Indonesia kekerasan terhadap agama lain "diperbolehkan" dan non-Muslim hanya bisa terpekur dalam doa dan beristigfar saat tempat ibadah mereka di bom. Percaya deh, tidak ada yang lebih aman daripada menjadi Muslim di Indonesia, biarpun cuma di KTP.

Bagi saya Islam adalah agama besar, jadi ketakutan dan paranoia begini tidak masuk akal buat saya. Kelihatan insecure/ga pede sekali. Di negara lain dimana Islam minoritas tentunya umat Islam diperlakukan berbeda dengan dimana Islam agama mayoritas. Tapi saya yang Indonesia juga diperlakukan beda dengan yang asli Amerika di Amrik sini. Ini bukan masalah rasisme ya, cuma sekedar fakta minoritas vs mayoritas. Dan jujur saja, kebisuan umat Muslim Indonesia terhadap serangan-serangan yang mengatas namakan Islam di Indonesia juga tidak membantu. Kebisuan anda seolah mengamini tindakan pengebom Wihara Ekayana dan tempat ibadah non-Islam lainnya, jadi jangan salahkan umat non-Muslim yang menganggap anda jelek. Bom di Wihara Ekayana ceritanya balas dendam atas kekerasan umat Buddha terhadap umat Muslim Rohingiya. Mari berpikir jernih, bila teman anda dipukuli oleh orang Batak, apa anda akan membawa pentungan dan menghajar orang batak pertama yang anda temui? Atau tetangga anda yang kebetulan juga Batak? Salah satu postingan si Ibu yang saya sebut diatas menggambarkan seseorang dihajar dengan caption "Ini di Malang!". Intinya seorang Muslim dihajar beberapa orang non-Muslim. Lagi-lagi kita harus berpikir jernih: apa alasannya ia dipukuli? Apakah karena ia bersalah akan sesuatu? Bila karena agamanya, tidakkah ada umat Muslim yang juga melakukan kekerasan terhadap umat non-Muslim dengan alasan agama juga? Apa yang akan anda lakukan terhadap fakta itu? Pemikiran bahwa anda berhak semena-mena terhadap orang lain karena anda memeluk agama tertentu/punya posisi/punya kuasa/kaya mampus/ganteng tenan/dll itu berbahaya, karena anda menganggap orang lain lebih rendah daripada anda dan dengan demikian mendewakan diri anda sendiri. Anda bukan Tuhan, jangan terlalu pede ah.

Kenapa saya yang Hindu menulis ini? Karena saya tahu Islam, dan Islam yang saya tahu adalah agama yang santun dan melegakan hati, agama yang sedemikian indahnya sehingga penganutnya bersujud syukur lima kali sehari. Ini Islam yang saya ingin orang-orang di seluruh dunia mengerti, bahkan bila mereka bukan penganutnya. Ini "Jihad" saya. Saya juga menulis ini karena saya cinta Indonesia, dan kita cuma akan hancur bila kita terus terpecah-belah seperti ini. Umat Islam memang mayoritas di Indonesia, tapi pernahkah anda membayangkan apa yang terjadi bila semua WNI non-Muslim ditendang keluar Indonesia? Bila semua peninggalan budaya yang sedemikian kayanya seperti Borobudur, Prambanan, dan bahkan Keratonan Yogyakarta dihancurkan karena tidak berdasarkan Islam? Bila daerah-daerah non-Muslim seperti Bali dan Papua menjadi "forbidden area" karena tingginya populasi umat non-Muslim? Indonesia seperti apa yang anda harapkan tanpa umat non-Muslim, bila dengan adanya umat non-Muslim saja kita belum mampu menghasilkan listrik yang cukup untuk seluruh Indonesia, bila air bersih masih menjadi barang langka bahkan di kantong Muslim seperti Gunung Kidul, bila dokter dan layanan kesehatan serta pendidikan masih cuma impian bagi banyak penduduk Indonesia?

Berhenti berpikir anda dan saya berbeda karena agama yang kita anut berbeda. Saya dan anda sama-sama warga negara Indonesia, saya dan anda sama-sama harus bahu-membahu membangun negeri ini. Karena apapun kepercayaan kita, kita terlahir di negeri ini, inilah tanah tumpah darah kita. Mari bersama membangun Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun