Ada satu pertanyaan yang paling kubenci : “Siapa sosok teladanmu?”
Memang terasa mudah jika waktu yang disediakan untuk menjawab teramat singkat hingga tak cukup ada keleluasaan untuk berpikir rasionalitas perbandingan.
Jika waktu itu kira-kira hanya tersedia untuk menghela satu tarikan nafas,
Maka tentu tidak akan tertolak jika suara hati yang diwakili oleh bibir ini berucap : “Muhammad Rasulullah!”
Menjadi kubenci karena tidak terlalu lama setelah itu memberikan efek yang khas.
Tiada yang lebih mampu menyesakkan dada hingga jantung berdegup cepat akibat logika yang mulai menginterverensi jawabanku tadi dengan beragam pertanyaan.
Seakan-akan meminta sebuah pertanggungjawaban.
Diantaranya terdapat symptom pertanyaan yang sedang meletup dalam otak : “Benarkah itu?”
Symptom pertanyaan itu terus berkembang hingga benar-benar menginfeksi pikiranku untuk jatuh dalam keresahan, kesedihan,keterpurukan, karena… MALU!
Sulit dipertanggung jawabkan.
Barisan kisah-kisah panjang Rasulullah mulai menari dan berloncatan acak memenuhi memoriku. Hikmah demi hikmah yang ditelusuri dari apa yang Rasulullah perbuat semakin menambah kerumitan dalam pikiranku.