Beristirahatlah dengan tenang, Stephen Hawking.Â
Entah kenapa, dalam waktu yang beruntun saya kehilangan sejumlah figur besar yang penuh inspirasi.
Saya bukan seorang yang paham dan mendalami ilmu fisika. Tetapi saya kagum dengan kisah hidup dan kejeniusan Stephen Hawking. Salah seorang yang menjadi sumber inspirasi agung dengan kondisi fisik yang tidak sempurna, di kursi roda. Dan tokoh hebat lain yang juga senantiasa mewarnai semangat saya: Gus Dur. Bukti kuat bahwa disabilitas bukan alasan untuk berhenti berkarya dan melahirkan pemikiran yang luar biasa.Â
Beberapa hari ini ulasan berita mengenang Stephen Hawking bisa gampang dinikmati setelah beliau berpulang menemui Sang Khalik. Tebersit bayang seperti apakah dialog langsung tentang teori-teori di semasa hidupnya, dengan Tuhan?
Hanya Tuhan dan Stephen Hawking yang tahu.
Tuhan memang Maha Rahasia. Apa yang terjadi di dunia juga hari akhir nanti adalah milikNya.Â
Termasuk tentang kematian. Stephen Hawking sempat divonis bertahan hidup hanya 2 tahun setelah dignosis penyakit yang menyerang syaraf dan otaknya. Dan kenyataan berkata lain, hidupnya berlanjut hingga setengah abad kemudian.Â
Tuhan kaya akan teka-teki dan kejutan. Termasuk kisah pribadi saya yang mungkin terdengar rumit dan tidak bermutu untuk orang lain. Apalah kisah saya dibandingkan tokoh jenius sang fisikawan yang mengarungi jagat ilmu kosmologi yang penuh misteri tak terpecahkan.Â
"Tanpa ketidaksempurnaan, Anda atau saya tidak akan ada." Stephen Hawking.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H