Mohon tunggu...
Yogaswara F. Buwana
Yogaswara F. Buwana Mohon Tunggu... Freelancer - Pemikir Bebas

Manifesto Kaum Bodo Amat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Frustasi Anak Muda Terhadap Pertanyaan-Pertanyaan Berbau Privasi

7 Januari 2023   13:39 Diperbarui: 7 Januari 2023   13:44 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah fenomena yang masih ada pada awal abad ke-21 ini adalah pertanyaan kapan nikah ?, kerja Apa ?, anak berapa ?. Tak jarang pertanyaan semacam itu membuat beberapa orang tersindir, terutama anak muda. Ya, anak muda pada abad ke-21 memang merasakan kerasnya hidup karena dunia yang semakin sangat kompetitif. Kita dapat melihat apabila pada era Orde Lama sampai Orde Baru sarjana begitu dipuja karena level pendidikan yang luar biasa, maka di era sekarang seorang lulusan S2 pun sudah mulai terlihat biasa. 

Contoh nyata adalah pendidikan seorang guru SD, apabila dulu sebelum tahun 90an lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang selevel dengan SMA dapat menjadi guru SD, maka di era sekarang siapapun yang ingin menjadi guru SD harus lulusan perguruan tinggi, oleh sebab itu persaingan masuk jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) di Perguruan Tinggi sangat ketat. Bukan hanya di dalam ranah pendidikan, di dalam ranah bisnis, persaingan juga semakin ketat. Hal ini dibuktikan dengan antrean jumlah pencari kerja yang semakin banyak, kita sering menjumpai fenomena tersebut di dalam video tiktok yang menunjukan deretan pelamar kerja salam sebuah pabrik. 

Dunia ini memang sedang berada dalam genggaman sistem kapitalisme yang mengutamakan persaingan bebas. Sistem Kapitalisme telah menang secara mutlak sejak tahun 1991 yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet. Bahkan negara dengan sistem politik Komunis yang masih bertahan seperti China tidak dapat menghindari sistem ekonomi kapitalis. Sejak era Deng Xiaoping, China telah menerapkan sistem keterbukaan ekonomi yang artinya penerapan sistem Kapitalisme. Puncaknya di era Xi Jinping, China mampu menjadi pesaing nyata ekonomi Amerika Serikat, sang pemimpin Kapitalis dunia. 

Kita sebenarnya juga terkena dampak sistem kapitalisme dunia. Ya, kita sebenarnya berada di bawah kendali  ekonomi dunia yang mana para kapitalis dunia menjadi pengendalinya. Atau mungkin kita sendiri telah menjadi seorang kapitalis. Fenomena yang cukup wajar di masa sekarang. Akan tetapi problemnya banyak anak muda yang frustasi apabila gagal bersaing di dunia Kapitalis ini. Ketidakmampuan bersaing menjadi penyebab mereka semakin marah dan depresi, terutama ketika mereka mendengar pertanyaan sensitif seperti kapan nikah atau kerja dimana. Sebuah harapan terpendam yang tidak mampu mereka raih. 

Pertanyaannya mengapa pertanyaan seperti Kapan Nikah ?, Kerja Apa ?, Anak Berapa ?, masih ada dalam diri masyarakat kita ?. Bagi sudut pandang barat pertanyaan semacam itu sangat sensitif dan melanggar privasi. Akan tetapi masyarakat kita sebenarnya tidak keliru menanyakan hal tersebut, karena pertanyaan semacam itu telah diturunkan kepada mereka secara turun temurun sebagai nilai yang masih bertahan. Nilai apa itu ?, nilai sosial. 

Ya masyarakat kita memang masyarakat sosial yang segala aspek kehidupannya sosial. Oleh sebab itu masyarakat kita di dunia internasional dianggap masyarakat yang ramah. Di zaman kuno, pertanyaan sensitif privasi mungkin merupakan hal dapat dimaklumi bahkan menjadi makanan keseharian masyarakat. Kenapa ?, karena di zaman kuno persaingan untuk mendapatkan sumber makanan belum ketat, sehingga rasa frustasi sangat minim. 

Kita tegaskan saja disini bahwa kegagalan anak muda dalam bersaing untuk mendapatkan pekerjaan merupakan hasil sistem kapitalis dunia. Sehingga permasalahan muncul ketika sekarang di zaman kapitalisme pertanyaan-pertanyaan yang berbasis nilai sosial tersebut masih ada. Akhirnya terjadilah benturan antara nilai kapitalis yang modern dengan nilai sosial yang kuno. Hasilnya adalah frustasi para anak muda yang gagal bersaing. 

Di dunia barat yang menjadi sumber kapitalis, privasi sangat dijaga oleh masyarakat barat. Kita tidak bisa menanyakan kepada mereka "berapa anak anda ?", atau "kapan anda menikah ?", bahkan pertanyaan soal "Mau pergi kemana ?" juga menjadi privasi yang harus dijaga. Sedangkan di dalam budaya masyarakat kita pertanyaan-pertanyaan semacam itu menjadi basa-basi yang bersifat biasa. Seperti yang telah kita ketahui benturan antara sistem kapitalis dunia dengan nilai sosial masyarakat kita yang masih bertahan menghasilkan frustasi. Kalau kita rumuskan ke dalam dialektika maka tesisnya adalah sistem kapitalis, antitesisnya adalah nilai sosial kuno, dan sintesisnya adalah frustasi anak muda. 

Jadi bisa kita simpulkan bahwa frustasi anak muda karena pertanyaan kapan nikah, kerja apa, anak berapa, merupakan benturan antara nilai sosial kuno dengan sistem kapitalis dunia. Meskipun demikian nilai sosial kuno memiliki hal positif. Selain berupa keramahtamahan, nilai sosial kuno juga mempersatukan masyarakat sebagai satu kesatuan dan persaudaraan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun