Hari ini Rusia meluncurkan serangan ke dua kota Ukraina yakni Luhansk dan Donetsk dengan dalih untuk membantu rakyat Luhansk dan Donetsk mempertahankan kemerdekaannya. Serangan ini merupakan serangan yang berbahaya karena dapat menjadi pintu gerbang dimulainya Perang Dunia III. Seluruh dunia tengah mengkhawatirkan hal ini, termasuk kita yang berada di Indonesia. Masyarakat Indonesia ada yang membela Ukraina dan ada pula yang membela Rusia. Mungkin orang Indonesia yang membela Rusia lebih banyak daripada Ukraina.
Sebenarnya orang Indonesia yang membela Rusia lebih diakibatkan bukan karena mereka membenci Ukraina akan tetapi karena mereka membenci Amerika Serikat dkk yang tergabung dalam NATO. Ya, dominasi Amerika Serikat di segala bidang termasuk ikut campur urusan negara lain begitu membosankan dan memunculkan perasaan marah terhadap negara adikuasa tersebut. Ditambah lagi Rusia lebih familiar terdengar di telinga orang Indonesia daripada Ukraina.
Akan tetapi pada masa genting perjuangan menpertahankan kemerdekaan tahun 1945-1949, RSS Ukraina yang saat itu berada di bawah Uni Soviet sempat gigih membantu Indonesia di meja diplomasi PBB. Sementara pemerintah pusat Uni Soviet di Moskow masih bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan.vHal ini diungkapkan oleh Larissa M. Effimova dalam bukunya berjudul " Dari Moskow ke Madiun ?: Stalin-PKI dan Hubungan Diplomasi Uni Soviet-Indonesia Tahun 1947-1953". Â Berawal dari telegram Partai Nasionalis Indonesia (PNI) kepada ketua delegasi Ukraina Manuilsky yang memprotes keanggotaan Belanda di dalam Dewan Keamanan PBB karena tindakan Belanda di Indonesia dinilai bertentangan dengan Piagam Atlantik. Manuilsky kemudian berhasil membuat masalah Indonesia dibahas selama tujuh sesi Panitia Pengarah dalam Sidang Umum PBB.
Memang perlu diakui bahwa saat itu posisi Ukraina hanyalah pion dari Uni Soviet. Terbukti tindakan para diplomat Ukraina terhadap masalah Indonesia selalu didukung oleh diplomat-diplomat RSS Uni Soviet yang lain. Uni Soviet sendiri berkepentingan untuk memblok pengaruh barat yang menurut mereka sebagai perang melawan dunia Kapitalis. Belanda yang berada di blok barat dan posisinya tidak terlalu kuat dibandingkan Amerika Serikat dan Inggris jelas lebih mudah menjadi bulan-bulanan para RSS Uni Soviet di meja diplomasi. Akan tetapi sayangnya usulan perwakilan Ukraina untuk membentuk badan yang menyelidiki masalah-masalah di Indonesia ditolak oleh negara-negara barat sehingga gagal menghasilkan sebuah resolusi.
Effimova juga mencatat banyaknya telegram yang didapatkan dari organisasi-organisasi serta individu-individu Indonesia terhadap delegasi Uni Soviet, RSS Belarusia, dan RSS Ukraina. Di antara semua republik Soviet di dalam Uni Soviet, Ukraina lah yang menjadi pelopor membela kemerdekaan Indonesia. Sementara Uni Soviet hanya ngikut saja apa yang diusulkan perwakilan Ukraina. Seperti pada 7 Februari 1946 di dalam rapat Dewan Keamanan PBB, delegasi Uni Soviet hanya setuju-setuju saja pada usulan Ukraina untuk mengangkat isu Indonesia, meskipun akhirnya usulan itu gagal mendapatkan persetujuan dari negara-negara barat. Akan tetapi ini adalah bukti komitmen Ukraina untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia di dalam ranah diplomasi. Meskipun ditolak bukan berarti ini tidak berdampak apa-apa pada PBB. Apa yang Ukraina lakukan adalah langkah awal yang memiliki kontribusi untuk memupuk pengaruh di dalam PBB agar nantinya luluh dan mau mengangkat masalah Indonesia. Masalah Indonesia baru diangkat di dalam PBB setelah adanya usul Australia dan India pada 31 Juli 1947.
Memang kondisi diplomasi Ukraina di PBB mengenai masalah Indonesia selama tahun 1946 kurang menguntungkan karena tidak adanya dukungan negara barat, ditambah lagi Ukraina yang merupakan bagian dari Uni Soviet berada di blok timur. Sementara diplomasi India dan Australia mengenai masalah Indonesia lebih mudah diterima oleh PBB karena mereka dekat atau memang bagian negara barat. Sehingga negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan Inggris tidak kehilangan muka apabila yang mengusulkan bukan berasal dari blok timur.
Meskipun demikian usaha Ukraina agar masalah Indonesia diangkat PBB pada tahun 1946 perlu untuk dihargai. Itu merupakan titik awal pembelaan Ukraina terhadap perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan. Apalagi banyak pihak di Indonesia yang mengirimkan telegram kepada perwakilan Ukraina untuk PBB. Hal ini mengindikasikan bahwa Ukraina begitu dipercaya oleh bangsa Indonesia yang saat itu sedang berjuang menghadapi Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H