Di suatu pagi yang mendung, dalam bilik yang gelap dan suram, seorang gadis belia merenung sambil bersandar pada sebuah ranjang.Â
Bergumam ia "Apa yang telah dia lakukan sehingga aku menangis?", sambil mengusap perut dia menatap ke arah jendela, dilihatnya rintik hujan.Â
Hujan yang kian deras itu semakin memaku dirinya sehingga ia pun lemas.Â
Bergumam ia untuk yang kedua kalinya "kenapa jiwaku bergantung di ujung rambut?".
Lama kemudian siang pun tiba, rintik hujan masih cukup deras, sampai terlintas di pikirannya "aku belum makan", lalu bergegas dia berdiri untuk segera pergi ke warung dan membeli mie instan, hujan mencoba menahan gadis itu, namun gadis itu bersikeras pergi, diterjangnya rintik hujan itu sambil tergesa-gesa, pikirannya pun mulai luput.Â
Sesampainya dia di warung itu, hujan pun berhenti, lalu gadis itu pulang dengan senyum di pipinya, mungkin karena semangkuk mie instan sangat nikmat untuk cuaca yang mendung.Â
Dibukanya pintu biliknya itu dan tertawa dia tanpa sadar, ia baru saja terlepas dari gelisah, dia putus cinta, dan dia keluar dari ruang gelap itu, lalu melupakannya.Â
Gadis itu pun menemukan jiwanya kembali.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H