Mohon tunggu...
Yoga Permana Sukma
Yoga Permana Sukma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember

Mahasiswa yang ingin kritis terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Seberapa Kuat "Trump Effect" Pengaruhi Nilai Tukar Rupiah dan Ekonomi Indonesia?

11 November 2024   16:14 Diperbarui: 11 November 2024   18:30 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penurunan suku bunga Fed Fund Rate pada bulan November ini merupakan katalis bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan BI Rate dengan menurunkan tingkat suku bunga. Diprediksi BI Rate dipastikan turun menyesuaikan penurunan Fed Fund Rate sebesar 25 bps menjadi 5.75 persen seiring tercapainya angka inflasi Indonesia dikisaran 1-2 persen (berada pada target 2.5%). Penurunan suku bunga ini juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun diprediksi mengalami perlambatan dan stagnasi.

Bayang-Bayang Kebijakan Proteksionisme Trump Pada Produk Ekspor Indonesia

Secara historis, sewaktu Trump masih menjabat sebagai Presiden, Trump sering kali mengeluarkan kebijakan proteksionisme dengan dalih untuk melindungi industri dalam negeri dari paparan produk impor terutama yang berasal dari China. Trump dalam kampanyenya berencana menaikkan tarif impor sebesar 10 -- 20 persen. 

Tentu hal tersebut berpotensi dapat mengurangi nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Sering kali apabila nilai ekspor lebih kecil dibandingkan nilai impornya berdampak pada net ekspor dan juga pelemahan nilai tukar.

Pengenaan tarif impor tertinggi terjadi pada produk yang berasal dari China mencapai 60 persen. Hal ini membangkitkan perang dagang antar keduanya. Indonesia mungkin saja terdampak jika produk ekspor China ke Amerika serikat menggunakan bahan baku yang berasal dari Indonesia. 

Di sisi lain, peningkatan tarif impor di Amerika serikat dapat berpotensi menyebabkan terjadinya relokasi produk ekspor dari Amerika Serikat menuju negara lainnya terutama China yang telah dikenal sebagai mitra dagang utama Indonesia. Namun jika relokasi tidak terjadi, Indonesia berpotensi dapat mengalami penurunan nilai ekspor.

Hal yang mungkin dapat dilakukan oleh Indonesia tentu harus melakukan inovasi atau dengan menghasilkan produk yang sangat dibutuhkan oleh penduduk Amerika Serikat sehingga mereka secara 'terpaksa' tetap harus membeli produk Indonesia dengan membayar lebih mahal. Selain dorongan stabilisasi nilai tukar oleh Bank Indonesia, pemerintah melalui kebijakan fiskalnya juga perlu memberikan insentif terutama bagi Industri yang berorientasi ekspor misalnya dengan memberikan subsidi ekspor atau stimulus investasi lainnya sehingga tidak terjadi shock berlebih pada industri akibat peningkatan tarif impor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun