Mohon tunggu...
Yoga Radika
Yoga Radika Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hidup hanyalah untuk bersyukur, dan bersyukur selalu membuat saya hidup...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

56 Bulan Denganmu

20 Mei 2013   18:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:17 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

12 hari yang lalu tepat 56 bulan aku mengikatkatkan hati pada cinta yang kita miliki, bagi kita terasa begitu cepat waktu itu berlalu meskipun kadang itu menjadi waktu yang lama buat sebagian orang. Entah apa yang aku pikirkan ketika kau mendapati akumengungkapkan cinta walau aku baru mengenalmu 1 minggu saja. Tak butuh waktu lama buatku memilih kamu.

Kita selalu bangga ketika mendengar ungkapan dari sahabat “kamu kok awet banget ya pacarannya”..hampir tak bisa ku hitung ungkapan-ungkapan semacam itu. Aku selalubahagia ketika tidak pernah lepas dari dirimu walau hanya sehari saja. Masih ingatkah kamu setiap sore kita duduk menikmati pahitnya espresso sembari lagu overjoyed harmoni jazz itu membuat kepala kita bergoyang. Kita selalu berebut genre, kamu pecandu smooth jazz dan aku pecandu fusion jazz, hahahahaha walau kadang jalan akhir dari perebutan kita di tutup dengan lagu keroncong sebagai backsound..aku rindu suasana itu sayang..

Di waktu-waktu itu ada setiap detik yang selalu ku nantikan, setiap detik berdebat denganmu masalah model rambut, masalah warna sandal, atau mungkin masalah sedapnya soto basket dekat spendid. Dari moment itu kita semakin tau titik lemah hati, kekuatan ego kita. Tak jarang acara debat itu di tutup dengan marah, walaupun kadang kepalaku cair kembali karna kopi panas racikan tanganmu.

Kita sering membuang waktu dengan mengantri nasi goreng sambel pinggir jalan, kita tidak peduli mendapat antrian ke 23, karna kita selalu menikmati saat-saat seperti itu, ingatkah kamu ketika lewat Honda Oddesey putih dan kamu bilang “aku pingin mobil itu”, ...iya besok beli, kamu cari brosurnya aja, jawabku sambil tertawa..hal sekecil itu selalu menghiasi kenanganku, selalu membuatku tertawa sendiri saat melamun.

7 bulan yang lalu kamu memutuskan meninggalkan kota Malang, berat sekali rasanya melepasmu saat-saat itu, aku bingung siapa nanti yang akan menemani aku minum kopi, siapa yang akan berungkap khayalan saat mengantri nasi goreng sambel, nelangsa ketika status pacaran kita menjadi “pacaran jarak jauh”. Tapi aku mendapat pelajaran yang luar biasa pada kondisi itu, dalam pikiranku mulai terencana tentang masa depan, aku mulai ingin cepat lulus kuliah, lalu kerja dan menjemputmu. Ingatkah kamu, akan menabung 500 ribu perbulan sebagai dana pernikahan dan itu terencana dalam cita kita.

7 bulan menjadi waktu yang sangat lama buatku, aku yang terbiasa dengan kopi buatan tanganmu, aku yang terbiasa dengan kerokanmu yang sakit, aku yang terbiasa dengan pijatanmu yang lembut, kini sepi, serasa hilang dan mati, aku rindu saat-saat seperti itu, mendengar suaramu saja tidak cukup buatku melepas rindu, terlalu banyak hal indah yang tidak berjalan lagi.

Dalam minggu-minggu ini kita sering sekali bertengkar, aku memang salah, aku mulai jarang menelfon kamu, aku memang salah, banyak pekerjaan yang aku lakukan, aku menyibuk’kan diri dengan pekerjaan-pekerjaan itu supaya sepi di hidupku ini ter’usir, aku terlalu menganggur di titik ini, dan aku bosan dengan suasana hidupku, dan itulah caraku menghilangkan bosan. Tapi ternyata itu mencambuk diriku sendiri, karna itu aku mulai sering lupa menelfon kamu, dan sampai akhirnya kamu marah dan masalah ini menjadi besar.

Yang jelas tak pernah sedikitpun ada niatan dariku untuk melupakanmu, aku masih sayang sama kamu, percayalah akan tiba saatnya kita saling mengikatkan rasa ini dengan sesuatu yang kudus, anggaplah keadaan yang menyakitkan saaat-saat ini sebagai proses menuju bahagia yang sempurna, aku ingin selalu bersamamu, tanpa aku ungkap kamu pasti tau keadaanku saat ini yang tidak selalu bisa menjengunkmu, tapi suatu saat aku tidak ingin menjengukmu, tetapi aku ingin menjemputmu, karena dengan menjemputmu kita tidak akan lagi jauh, kita akan selalu bersama, membentuk kembali khayalan tentang Honda Oddesey, perdebatan tentang warna sandal, aku percaya itu akan terjadi...

Aku Sayang Kamu....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun