Mungkin di dunia ini ada sebagian anak yang kurang beruntung yang lahir tanpa mengenal siapa Ayah/ Bapaknya. Mungkin ada juga yang memang yatim piatu atau tidak memiliki orang tua, entah itu Ayah dan Ibu. Akan tetapi, sesungguhnya pasti ada seorang Ibu yang telah berusaha dan berjuang untuk melahirkan sang Anak ke dunia ini. Walau ada cerita atau mitos seorang anak manusia dapat berasal dari sebongkah batu, atau mungkin menggunakan teknologi cloning manusia. Itu semua masih belum dapat diterima sebagai acauan.
Tanpa usaha dan pengorbanan seorang Ibu, mustahil seorang anak dapat dilhirkan dengan Selamat. Sembilan bulan lamanya, Ibu mengandung di dalam kandungan/perutnya, mulai dari hanya sebatas sel, hingga kemudian membelah menjadi janin dan kemudian semakin berkembang, diberikan kehidpan atau roh. Selama mengandung, Ibu akan senantiasa menjaga diri dan kandungannya. Hal itu memang sudah naluriah yang dimiliki seorang manusia. Jangankan manusia, hewanpun memiliki naluri untuk menjaga janinnya dari predator lainnya. Mereka akan selalu menjaga kandungannya ataupun telurnya. Hingga pengorbanan nyawa kadang tak terhelakkan untuk melindungi calon buah hatinya ini.
Usaha seorang Ibu ini memang tidak tergantikan. Tidak akan bisa jika digantikan oleh sosok lainnya. Misalkan saja Ayah yang menggantikan, kemungkinan hal ini tidak akan berhasil, sosok Ayah yang keras mungkin akan mengganggu sifat kesabaran yang dibutuhkan dalam sembilan bulan. Sosok lemah lembut seorang ibu untuk menyayangi dan menjaga anaknya juga sangat dibutuhkan. Sosok Ibu menjadi lebih baik dalam hal ini. Kekuatan seorang Ibu sama kuatnya dengan seorang Ayah. Namun di beberapa hal terdapat perbedaan yang merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
Lemah lembut namun kuat, itulah gambaran seorang ibu sesungguhnya. Cerita seorang Ibu tidak sebatas pengorbanan beliau ketika mengandung hingga melahirkan kita. Namun juga seorang Ibu juga merawat dan memberikan kasih sayang kepada kita anak-anaknya. Ibu akan melakukan berbagai usaha dan upaya agar anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. sering kali Ibu melakukan pengorbanan-pengorbanan kepada anaknya. Tidak sedikit kita dengar Ibu-ibu yang mengorbankan cita-cita atau ambisinya demi merawat dan membimbing anaknya di rumah. Bahkan seorang Ibu yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi atau privilege yang hebatpun akan menyerah jika dihadapkan dengan kebutuhan kasih sayang seorang Ibu.
Sebelum menjadi seorang Ibu, beliau merupakan sosok idaman para Pria. Menjadi wanita memesona dan menawan hati para calon pejuang hatinya, calon dari Ayah anak-anaknya kelak. Layaknya wanita semerbak mawar, menjadi kembang yang diincar oleh kumbang-kumbang. Selalu wangi, dengan penampilan yang bersahaja, kulit yang mulus dan kencang, mata nan indah bercayaha, pinggul yang gemulai layaknya seperti gitar sepanyol yang tiada tertandingi. Menjadi kebanggan keluarga, menjadi mutiara keluarga yang selalu dilindungi oleh keluarga.
Namun ketika menjadi seorang ibu, kehidupan seakan berubah 180 derajat. Beliau harus merelakan cahaya nan wangi itu. Malah beliau berusaha menutup hal itu demi suami dan anak-anaknya. Prioritas tentu telah berubah, dimana awalnya terhadap diri, sekarang fokus kepada anak dan keluarga. Mulai dari sandang dan pangan, Ibu selalu memprioritaskan sang Anak. Begitu juga papan, Ibu juga ikut membantu Ayah untuk menyiapkan tempat berlindung yang baik dan kuat bagi anak-anak dan keluraganya.
Sosok Ibu memang segala-galanya. Setiap harinya, Ibu memulai aktivitasnya paling awal di dalam keluraga. Ibu harus meyiapkan makanan, menyiapkan pakaian, dan bahkan ikut bekerja mencari nafkah. Ibu juga menjadi sandaran bagi anak-anaknya untuk memanjakankan dirinya. Tubuh ibu yang nampak lemah itu sesungguhnya sangat kuat sebagai sandaran anak-anaknya. Bahkan seorang Ayahpun sekali waktu butuh sandaran itu. Seorang ibu juga menjadi akuntan yang hebat, mengatur keluar masuknya keuangan di dalam keluarga. Sepertinya apapun bisa dilakukan seorang Ibu, namun tidaklah demikian, seorang Ibu tetaplah manusia biasanya yang tak luput akan kelemahan sesuai kodratnya.
Di sinilah kita sebagai anak dari Ibu kita harus selalu dapat memahami dan memuliakan sosok Ibu. Selalu menghormati Ibu, jangan pernah melupakan usaha dan upaya apa yang telah dilakukan oleh Ibu kita terhadap kita. Dalam ajaran Hindu, sosok Ibu merupakan seorang ratu di dalam keluarga. Ibu merupakan wanita yang paling terhormat di dalam kehidupan rumah tangga. Seperti yang dikatakan dalam Manusmreti, Ibu merupakan wanita  yang kuat mengendalikan  pikiran, perkataan dan tindakan  akan mendapatkan kebahagiaan dan dikatakan wanita Sadwi.
Ibu memiliki tanggung jawab yang berat dalam menjaga dan merawat kokohnya bahtera rumah tangga. Dalam Hindu, wanita selalu diberikan kedudukan yang terhormat sejajar dengan laki-laki. Dimana saja wanita dihormati di sana. Keharmonisan akan tercipta dan sebaliknya, dimana wanitanya tidak dihormati cepat atau lambat akan terjadi prahara di dalam rumah tangga. Menjadi seorang Ibu, menjadi wanita yang bersifat mayurastri atau bersifat seperti burung merak, yang mempunyai wibawa dan kharismatik sebagai seorang wanita dan mampu memberikan pengayoman dan  kesejukan dalam rumah tangga. Seorang ibu telah berkorban lahir dan batin untuk kepentingan anak dan keluarga. Seorang ibu  sebagai peredam berbagai  gejolak dalam rumah tangga, sebagai motivasi menerima kelebihan dan kekurangan dalam keluarga.
Marilah di hari Ibu ini kita peluk Ibu Kita, luangkan waktu untuk selalu dekat dengan Ibu. Berkomunikasi dan bersanda gurau, mendengarkan ocehan Ibu, niscaya menjadi vitamin bagi Ibu kita dan kita sendiri. Selamat Hari Ibu bagi Ibu-Ibu kuat dan mulia di seluruh penjuru dunia ini. Selamat Hari Ibu, Ibuku. Maafkanlah anak-anakmu, bimbinglah selalu untuk menjadi manusia seutuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H