Selamat Hari Pendidikan Nasional, Minggu 2 Mei 2021. Setiap tahunnya kita memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). 2 Mei dijadikan sebagai tanggal untuk memperingati Hardiknas tentu memiliki sebuah historis tersendiri, yang merupakan tanggal lahirnya tokoh pendidikan Indonesia.Â
Beliau merupakan pendiri sekolah Taman Siswa,"National Onderwijs Institut Taman Siswa". Beliau adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara, seorang Bapak Pendidikan Indonesia, sebagai pembangun pondasi pendidikan di Indonsia.
Taman siswa ini didirikan pada masa kolonial sebagai bentuk perlawanan terhadap deskriminasi pendidikan di masa kolonial. Pendidikan di masa kolonial tentu jauh dari pendidikan yang mampu menyentuh ke segala lini lapisan masyarakat. Hanya segelintir orang pribumi yang dapat mengenyam pendidikan pada masa ini.Â
Ketika itu Belanda menerapkan sistem pendidikan yang berlapis atau bertingkat yang disesuaikan dengan strata atau lapisan status sosial masyarakat. Rakyat jelata tentu berbeda perlakuan pendidikannya dengan dari golongan ningrat ataupun bangsa mereka sendiri. Kalaupun dapat mengenayam pendidikan paling hanya sampai tingkat sekolah dasar yang waktu itu disebut dengan sekolah rakyat (SR).
Tentu jauh dari yang namanya merdeka, dan memang waktu itu kita masih dijajah, sehingga pendidikan kita masih belum merdeka. Cukup unik, pola pola pembelajaran di Sekolah Taman Siswa ketika itu telah sangat revolusioner, dengan menanamkan jiwa perjuangan kemerdekaan melawan kolonialisme. Namun yang lebih menarik adalah prinsip dasar dari Sekolah Taman Siswa ini yang dikenal dengan Patrap Triloka.
 Patrap Triloka sesungguhnya merupakan pedoman bagi seorang guru yang diilhami dari Maria Montesori di Itali dan Rabindranath Tagore (India/Benggala).Â
Adapun 3 (tiga) pedoman tersebut yaitu (1) Ing Ngarsa Sung Tuladha, yang berarti 'di depan memberi contoh', (2) Ing Madya Mangun Karsa, yang berarti 'di tengah membangun semangat', (3) Tut Wuri Handayani, yang berarti 'di belakang memberikan dorongan'.
Dari konsep di atas kita ketahui bahwa seorang guru semestinya memegang erat tiga pedoman tersebut. Guru harus terdepan memberikan contoh yang baik bagi siswanya, guru harus mampu memberi semangat di dalam atau di tengah siswa, dan mampu mendorong atau memotivasi siswa untuk dapat belajar dengan penuh suka cita.Â
Memang kita menerapkan pendidikan yang berpedoman pada siswa sendiri (Students Centered), dimana siswa sendirilah yang membangun pengetahuannya sendiri dengan penuh motivasi yang menantang dirinya untuk menyusun segala informasi yang menjadi sebuah pengeatahuan.Â
Tapi peran guru tetap paling utama, tidak bisa jika siswa hanya dibiarkan menyusun pengetahuannya sendiri dengan bebasnya. Perlu juga pengawasan, atau arahan guru dalam meyusun pengetahuannya tersebut.
Dalam konteks ini, seperti yang digaungkan sekarang adalah Merdeka Belajar. Merdeka belajar tentu memiliki tujuan yang sangat baik bagi para siswa-siswa di seluruh Indonesia. Hal ini disambut euphoria oleh para kalangan pendidikan dimana sangat merubah pola pendidikan sebelumnya yang sangat kaku.Â