Terlahir dengan nama Joseph Djugashvili. Pada awalnya sang Ayah adalah pembuat sepatu handal. Namun karena pengaruh pergaulan, dia menjadi pemabuk kasar yang suka memukuli keluarganya. Joseph adalah anak ketiga. Kedua kakaknya, Yakov dan Giorgi, meninggal sewaktu bayi. Tragedi yang membuat sang ayah bersumpah melakukan perjalanan suci ke Geri, demi kesehatan sang bayi.
Soso, panggilan kecil Joseph, adalah anak yang rapuh secara fisik, tetapi sangat cerdas. Suka belajar. Juara kelas dan menjadi favorit guru karena bakatnya di paduan suara sekolah gereja. Hal positif yang ditentang Beso, ayahnya, yang ingin dia menjadi pembuat sepatu seperti dirinya.
Seringkali sang Ayah akan datang ke sekolah untuk marah-marah dan memukuli Soso. Dan para guru akan bekerja sama untuk menyembunyikan dia dan meyakinkan Beso jika Soso tidak ada di sekolah hari ini.
“Mama, biarkan aku pergi sekolah, atau guru Illuridze akan memberiku nilai buruk..”
Rengek Soso suatu hari ketika dia sakit parah tertabrak kereta kuda. Biarpun sakit keras, Soso tetap rindu sekolah.
Berkat kerja keras sang Ibu, Soso bisa masuk seminari dan menjadi calon pendeta. Di sekolah elit itu dia kembali menjadi bintang. Nilai-nilainya mengagumkan. Menjadi pemimpin kelas meski berbadan kecil.
Semangat belajarnya semakin menggebu-gebu. Dia menghabiskan waktu luang dengan membaca dan selalu menyelipkan buku di ikat pinggangnya. Soso selalu membaca. Keke, sang Ibu mencatat jika Soso takkan tidur sebelum dini hari dan akan terus berkutat dengan bacaannya.
“Waktunya tidur” kata Keke, “Tidurlah – sudah mulai fajar”
“Aku sangat suka buku ini, Mama. Aku tidak bisa berhenti membaca..” dan saat intelektualitasnya semakin bergejolak, kesalehannya semakin sirna.
Menjadi Marxist
Soso berkenalan dengan tiga orang anak pendeta – Lado dan Vano Ketskhoveli dan Mikheil Davitashvili. Dari mereka lah Soso mendapat akses ke berbagai “buku terlarang”. Mulai dari Origin of Species dari Darwin, pemikiran Karl Marx, hingga sastra nasionalis Georgia Khevsur’s Motherland karya Eristavi. Buku-buku yang pada akhirnya membuat calon pendeta menjadi seorang penentang Tuhan.