Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Money

Kompasiana dan Knowledge Based Society

29 Juli 2010   07:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page WordSection1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.WordSection1 {page:WordSection1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:504587378; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-134706978 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l0:level2 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l0:level3 {mso-level-number-format:roman-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:right; text-indent:-9.0pt;} @list l0:level4 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l0:level5 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l0:level6 {mso-level-number-format:roman-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:right; text-indent:-9.0pt;} @list l0:level7 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l0:level8 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l0:level9 {mso-level-number-format:roman-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:right; text-indent:-9.0pt;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} -->
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Sejarah dimulai dari tulisan. Saat manusia mulai menulis, maka dia mulai menjelajahi galaksi kosmis. Galaktis. Gigantis. Apa jadinya manusia tanpa tulisan. Tanpa pengetahuan. Tanpa keingintahuan. Pasti hidup dalam kegelapan. Kesepian dalam kebodohan. Kedinginan tanpa api pencerahan.

Pengetahuan, yang merupakan akumulasi pengalaman, perlu diturunkan. Disebarkan. Dahulu, ketika manusia masih senang mendengarkan daripada berbicara, ilmu diturunkan dari mulut. Dari satu mulut ke mulut yang lain. Dari satu ingatan. Mengendap di ingatan yang lain.

Sekarang zaman digital menggantikan zaman oral. Ketika transaksi pengetahuan mengalami kodifikasi, modifikasi, dan distribusi lewat jalur-jalur serat optic. Oral sudah diobral. Terlalu banyak berbicara ternyata bisa membunuh juga.

Gold Mind is Gold Mine

Revolusi pengetahuan telah membawa kita kezaman ekonomi berbasis pengetahuan. Saat ini, kekayaan berubah dari emas menjadi sebuah system informasi yang telah mengalami komodifikasi. Knowledge is power kata Francis Bacon. Kualitas kita ditentukan dari skill dan pengetahuan yang kita miliki.

Negara yang masih mengandalkan logika kaum merkantilis, bahwa kekayaan alam adalah anugerah, akan semakin tertinggal. Lihat saja Negara-negara maju abad 21. Hampir tidak ada yang hanya berbasis pada kekayaan alam semata. Kekayaan mereka yang utama ada di universitas, lembaga riset, dan perusahaan yang penuh daya cipta dan kreasi tanpa henti. Terus berinovasi.

Ekonomi telah bergeser menjadi ekonomi kreatif. Mereka yang kreatif, mampu menciptakan produk yang responsif, inovatif, unik, berbeda dan menjawab keinginan pasar, akan menjadi jawara. Silahkan lihat 10 besar perusahaan Fortune 500, daftar perusahaan terbesar dunia, dan coba temukan perusahaan yang berbasis kekayaan alam. Saya jamin sampai kiamat Anda takkan mampu menemukan.

Untuk mewujudkan ekonomi berbasis pengetahuan, maka perlu diciptakan masyarakat berbasis pengetahuan. Masyarakat yang menghargai pengetahuan. Terus mencari pengetahuan. Dan mau berbagi pengetahuan yang dimiliki.

Knowledge Based Management

Pengetahuan perlu dikelola. Dalam Mencairkan dan mendistribusikan maka ada 4 tahap penciptaaan pengetahuan menurut Nonaka’s SECI Model. (Keterangan: Tacit adalah pengetahuan yang mengendap dikepala seseorang dan belum “dikeluarkan”. Eksplisit adalah adalah bentuk pengetahuan yang sudah “dikeluarkan” dari dunia ide, bisa berupa tulisan, poster, cd suara, dll).


  1. Socialization (tacit to tacit).

Transfer pengetahuan (biasanya pengalaman) secara langsung. Cth: pembuat bakso mengajari pegawainya membuat bakso secara langsung.


  1. Externalization (tacit to explicit)

Artikulasi tacit ke pengetahuan eksplisit sehingga bisa dibagi ke orang lain. Cth: pembuat bakso menulis resep membuat bakso.


  1. Combination (explicit to explicit)

Menggabungkan berbagai pengetahuan eksplisit yang kemudian diolah menjadi pengetahuan baru yang eksplisit sehingga mudah dibagikan. Cth: resep membuat bakso digabung dengan tips melayani konsumen dan menjadi handbook of food and beverage business model.


  1. Internalization (from explicit to tacit)

Penyerapan pengetahuan eksplisit baru menjadi pengetahuan tacit dari individu yang besangkutan. Lalu ada proses “pengendapan”, internalisasi dari individu dalam penerapan eksplisit knowledge dan bisa memperkaya pengetahuan tacit.

Kaya gambar dibawah ini dah:

Masyarat berbasis pengetahuan akan menciptakan warga yang gemar belajar. Terus mencari tahu. Dan tak lupa berbagi apa yang telah ia terima. Dan proses penciptaan pengetahuan seperti model dari Nonaka diatas terus terjadi.

Kompasiana

Dan ini semua seperti sebuah bejana pengetahuan. Di Kompasiana kita. Saat orang dengan berbagai latar belakang, datang dan menuangkan air pengetahuan dan pengalaman yang mereka punya.

Ada yang manis. Ada yang kecut. Segar. Pegas. Sampai pahit. Semua tumpah dikompasiana. Lewat tulisan. Dalam byte-byte biner digital. Beradu dalam deru huruf capital.

Lalu ada yang tertawa. Ada yang tersenyum saja. Ada yang marah. Ada yang berkenalan. Ada yang kehilangan. Ada yang mendapat keluarga. Banyak juga yang menemukan cinta.

Di Kompasiana, budaya knowledge sharing benar-benar berkembang. Kita membagi apa yang kita punya. Yang ahli membagikan keahliannya. Yang sedang bepergian membagikan certa perjalanannya. Yang sedih membagi kesedihannya. Yang gembira membagi rasa gembiranya. Yang memiliki cerita, membagi ceritanya.

Kompasiana dapat menjadi role model bagi knowledge based society. Disini pengalaman ditransformasi. Menjadi pengetahuan. Lalu pengetahuan itu tidak hanya disimpan. Tapi dibagikan. Disebarkan. Untuk dikembangkan.

Saran saya adalah agar jangan sampai kumpulan pengetahuan yang ada, tertinggal begitu saja. Seharusnya Kompasiana bisa mengumpulkan tulisan terbaik, secara periodic (bulanan, 6 bulanan, tahunan) lalu dikumpulkan dan disebarkan keluar Kompasiana. Tak perlu harus buku cetak. Bisa saja berupa ebook. Ini semata-mata agar pengetahuan yang ada, terus berkembang, terbang, dan tak hilang.

Terakhir saya kutipkan pesan dari Miranda Goeltom dari Mencairkan Gunung Es (2007), buku tentang penerapan knowledge based management di Bank Indonesia:

You can share very simple to very complicated things.

Inilah sikap dasar untuk belajar bersama. Tapi agar bisa diterima bersama, pengetahuan personal harus diolah dengan metodologi tertentu sehingga bisa dipahami orang lain. Data akan menjadi informasi setelah melalui proses taksonomi. Informasi yang dianalisis akan menghasilkan pengetahuan. Wisdom akan muncul setelah penyatuan berbagai informasi tersebut. Wisdom seseorang dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, pendidikan, dan tangga-tangga kehidupan yang dilaluinya. Wisdomlah yang akan menentukan kapasitas dan kapabilitas seseorang yang akan membawa dia berhasil di tengah terkeman harimau buas dalam menapaki karier.”

Sharing. Connecting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun