Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Money

Kepemimpinan "T"

19 Mei 2011   10:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:28 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain kagum pada diri sendiri, saya selalu kagum kepada perekrut “pengantin” bom bunuh diri dan aktivis gerakan radikal (tapi saya nggak kagum kepada Kagum Gumelar ketua komite normalisasi PSSI :P). Bukan karena mereka akan masuk surga (entah surga kw berapa), atau karena kemahiran mereka membuat bom dan menebar teror. Karena kalau berbicara membuat bom, pemerintah kita lebih jago menciptakan bom “3kg” dan membuat rakyatnya menderita.

Yang membuat saya ingin belajar kepada “teroris” adalah konsep kepemimpinan yang mereka tawarkan. Sebuah model leadership yang mampu mengubah orang biasa menjadi kader yang militant dan very committed, highly spirited serta fully motivated. Sorry, lagi belajar ngangkat TOEFL. Haha.

Head hunter (atau mungkin bagian Human Resource Department) teroris ini mengembangkan sebuah model kepemimpinan yang saya sebut kepemimpinan model “T”. sebuah konsep yang bisa kita tiru dan modifikasi untuk berbagai bidang kehidupan sehari-hari. Mulai dari memimpin perusahaan sampai diri kita sendiri.

Apa itu kepemimpinan model “T”?

T = Transcendental

Coba bayangkan, bagaimana mungkin seorang mau menjadi “calon pengantin” yang mati bunuh diri? Meninggalkan dunia yang indah dan lebay ini. Tanpa memungkiri fakta bahwa para pengantin rata-rata masih Ababil (ABG labil), kita harus mengakui kemampuan mereka dalam melakukan brain laundry (udah ga zaman lagi washing-washing).

Apa rahasianya? Saya menemukan secercah harapan penambal rasa penasaran setelah menonton video Daniel Pink tentang teori motivasi. Jadi menurut Pink, konsep motivasi yang hanya menawarkan insentif materi tidaklah cukup. Model reward-punishment, atau stick and carrot ini hanya cocok diterapkan bagi pekerjaan mekanis.

Untuk pekerjaan yang menuntut kreativitas dan knowledge based yang tinggi, seorang leader harus memberikan tiga hal:


  1. Otonomi. Kebebasan bagi stafnya untuk berkreasi.
  2. Mastery. Kemampuan seseorang untuk terus berkembang
  3. Transcendental purpose. Tujuan spiritual yang lebih tinggi. Demi Tuhan dan kemanusiaan.

Inilah kehebatan para perekrut pengantin, mereka mampu menciptakan makna transcendental spiritual sebagai motivasi utama. Para pengantin tidak ditawarkan insentif gaji sekian ribu dollar atau golden shakes hand yang menggiurkan.

Mereka menawarkan sebuah ultimate goal yang mampu mendorong manusia untuk mengorbankan hidupnya, memberikan nyawanya, meninggalkan semua yang dimilikinya. Sebuah tujuan yang tersembunyi didalam hati tapi selalu ada disetiap sanubari insan manusia: kerinduan makhluk kepada penciptanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun