Jika sang kakek menyumbangkan kayu untuk Tuhan, maka di bulan suci ramadhan kita bisa “menyumbangkan puasa” untuk Sang Pencipta. Puasa yang bergantung niatnya. Yang berniat puasa untuk ikut-ikutan, hanya akan mendapatkan gagah-gagahan. Yang berpuasa demi diet, akan mendapatkan badan yang lebih kurus. Mereka yang berpuasa untuk sesuatu yang fana, hanya akan mendapatkan lapar dan dahaga.
Sayangnya ketika pagi-pagi buta kakek dan penebang datang ke sungai, mereka heran. Kayu itu tak tampak.
"Mana kayu itu, Pak Penebang?".
"Mana kayu itu, Kakek?".
Keduanya berpandangan. Terdiam. Rupanya terjadi banjir semalam. Kayu itu pasti ikut hanyut. Tapi saya percaya niat sang kakek tak akan bisa hanyut. Karena amal terletak dalam niat. Dan manusia akan mendapatkan apa yang mereka niatkan. Termasuk puasa yang kita lakukan di bulan Ramadhan.
Lelaki tua berdiri. Penebang berdiri. Sesuatu telah hilang.
"Tidak, tak ada yang hilang" kata lelaki tua itu. Pak Penebang mendorong kembali gerobak.
"Kakek, kita pulang". Lelaki tua itu berdiri sejenak lagi. Tersenyum. Bertanya:
Sampai kepadaMukah, Tuhan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H