Suatu pagi yang cerah pada hari Rabu 8 Desember 2010, tepatnya pukul 08:00 WIB bertempat di kampus tercinta Universitas Negeri Yogyakarta. Saya berencana hendak mengurus pencairan dana beasiswa yang rutin dilakukan setiap empat bulan sekali. meski jumlah nominal yang diterima tidak seberapa namuan tentunya ini menjadi saat yang ditunggu-tunggu oleh saya dan mungkin hampir sebagian besar mahasiswa penerima beasiswa sebagai tambahan amunisi untuk melanjutkan perjuangan studi di perantauan yang jauh dari kampung halaman Palembang.
Persyaratan administrasi mulai saya lengkapi satu per satu, hampir tiada kendala sedikitpun. Paling hanya mengantre dideretan panjang pada koridor rektorat kampus yang bisa dibuat dua banjar barisan memanjang. Setapak demi setapak langkah saya terhenti tepat di kursi pelayanan administrasi. Setelah sejenak mengecek persyaratan, kemudian di oper ke bagian pengambilan cek pembeyaran beasiswa, semua berlangsung lancar sebagimana pencaira seperti biasanya. Rasa senang pun sempat menghinggapi diri ini terbebas dari antrean yang penuh sesak dan menguras keringat di pagi yang cerah itu.
Langkah kaki kemudian saya lanjutkan menuju bank cabang pembantu yang ditunjuk melayani pencairan beasiswa, masih di sekitar area kampus. Saya pun tiba dan kembali mengantre tepat pada urutan ke sepuluh, tak lama kemudian mahasiswa lain berdatangan dan memenuhi deretan itu namun hanya satu loket yang melayani sederetan antrean panjang itu.
Dengan sabar saya mengantre meski pagi itu matahari sudah mulai memancarkan panas yang terik menerpa setiap jiwa mahasiswa yang mengantre. Satu-per satu mahsiswa yang berada di deretan depan telah selesai nampaknya, mereka meminggir mencari tempat untuk menghitung uang beasiswa yang di terima secara tunai. “Pas”, terdengar dari bibir seorang mahasiswa yang menghitung dengan temannya duduk di kursi pojok loket.
Posisi saya selangkah demi selangkah mulai mendekati muka loket pembayaran, sekarang tepat berdiri di deretan ke dua. Namun ada sesuatu yang janggal nampaknya yang saya amati, obrolan antara mahasiswa yang berada di depan saya seperti ada suatu hal yang terjadi, lalu mahasiswa itu meninggalkan antrean dengan masih menggenggam cek pembayaran bukan beberapa lembar uang pecahan lima puluhribuan atau seratus ribuan seperti mereka para mahasiswa yang sebelum-sebelumnya.
Kemudian saya maju ke depan loket dan hendak memberikan cek saya untuk dicairkan, namun petugas loket itu dengan menunjukkan senyuman manisnya lalu berkata “maaf mas, uangnya habis” dengan perasaan tidak percaya lalu saya bertanya “kok bisa mba’?” dengan muka yang memancarkan ketidakenakannya dia menjawab “iya mas, nanti sekitar pukul sebelasan coba kembali lagi ke loket. Saya pun pergi menjauh dari loket dan dari kejauhan mendengar perkataan “apa, uangnya habis? Yahhh” suatu bentuk kekecewaan yang terlontar di deretan mahasiswa yang sedari tadi berdesak-desakan mengantre dan berpanas-panasan ria.Seseorang diantara mereka berkata “wah berarti untung nasib saya uang terakhir yang tersedia memang untuk saya”. Dan sorakan mahasiswa lainnya berseru “huwww, biasa aja kali”
Hal ini merupakan peristiwa pertama dalam hidup saya yang membuat geli mendengarnya, bank yang notabenya adalah gudangnya uang rupanya bisa juga mengalami kekosongan/kebahisan uang. Seharusnya dengan mengetahui bahwa ada jadwal pencairan beasiswa hendaknya harus menyediakan stok uang tunai dengan jumlah yang banyak. Aneh saja baru pukul 09:00 WIB atau satu jam sejak loket dibuka stok uang tunai sudah habis. Atau mungkin saking banyaknya mahasiswa yang mencairkan beasiswa sehingga stok uang tunai pembayaran habis, ah tak mungkin itu pasti karena kelalaian petugas loket bank tersebut yang tidak cermat menganalisa ketersediaan uang tunai dengan kemungkinan berapa banyak jumlah mahasiswa yang mencairkan beasiswa di hari itu.Nah jadi buat para petugas di loket khusus pencairan beasiswa bank-bank yang ditunjuk harap mempelajari peristiwa ini supaya tidak terjadi lagi. Karena kedepan bias jadi citra baik yang bank anda dapat dari masyarakat lambat laun akan hilang, dengan begitu akan menimbulkan kerugian sendiri untuk bank anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H