Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diary Pemuda Bersayap Hitam (Bagian 11)

19 Januari 2024   12:42 Diperbarui: 19 Januari 2024   13:05 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Diary Pemuda Bersayap Hitam (Bagian 11)

Bisakah kita punya sayap? Ya, aku ingin punya sayap. Agar terbang tinggi seperti burung-burung di langit. Apakah kau tak ingin punya sayap?

Tapi aku takut kalau kau punya sayap. Kau akan menghilang dari kelas ini. Kau akan terbang entah ke mana. Makanya, Tuhan tidak memberi kita sayap.

Mana yang lebih penting, punya sayap atau punya akal? Akhirnya kita mengerti. Kita memang tak punya sayap, tetapi kita bisa terbang dengan menggunakan akal.

Berarti selama ini kita hanya belum menggunakan akal secara maksimal. Aku, kau, dia, mereka hanya belum seratus persen memanfaatkan pemberian Tuhan.

Tapi percayalah, ini bagian cerita yang menarik. Ketika kita mampu merefleksikan kekurangan kita. Di situ kita akan belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Diary Yoga Prasetya untuk anak-anaknya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun