Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek, Keris, dan Kematian

26 Desember 2023   05:59 Diperbarui: 26 Desember 2023   06:52 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar Antara Foto/ Saiful Bahri 

Kakek, Keris, dan Kematian

Rumahnya tidak seperti rumah kebanyakan di zaman ini. Hanya berdinding kayu tanpa cat. Lantai berlapis tanah, tidak ada dipan, cuma ada tikar lipat, dan meja kecil di pojok kamar.  

Itulah rumah kakek yang setiap hari selalu didatangi orang-orang dari berbagai daerah dan kedudukan. Kakek tidak pernah keluar rumah kecuali hari Jumat. Ayah selalu menyuruhku membawa nampan makanan sebelum subuh dan sesudah maghrib.

Semua berawal dari kemunculan keris di meja kamar tidurnya tahun 1992. Kata Ayah, sebelum aku lahir, kakek punya rumah paling megah dan jadi orang paling kaya di desa. "Orang pertama yang punya televisi dan sepeda motor ya itu kakek."

Kemudian, ia menjual semua hartanya dan membagikan hasilnya pada masyarakat sekitar yang kurang mampu. Sebagian kecil untuk membangun tempat tinggalnya kini. Kami menyebutnya Rumah Tabing Tongkok.

Keris itu telah membuat kakek tidak seperti orang biasa. Ia dapat menyembuhkan segala penyakit dengan perantara keris. Ia dapat memindahkan hujan melalui ritual keris. Konon katanya, doa kakek selalu diijabah oleh Sang Kuasa. Namanya begitu tersohor sampai banyak pejabat datang untuk sowan.

Uniknya, dia tidak pernah meminta apapun pada orang yang datang. Benar-benar harus membawa tangan kosong. Namun, namanya pejabat pasti membawa oleh-oleh, yang secara simbolis diterimakan pada Ayah. Ayah pernah menerima uang, emas, hingga sebuah mobil sport dari salah satu gubernur  negeri ini.

Hari Selasa, tanggal 26 Desember 2023, kakek menghembuskan napas terakhirnya. Ia wafat dalam keadaan berbaring menghadap arah barat dengan memeluk keris kesayangan. Matanya terpejam dan mulutnya tersenyum.

Kematian Kakek tidak melalui proses sakit dan tanpa sebab yang logis. Ayah beserta aku memandikan dan mengafani Kakek. Ribuan orang hadir menyalati serta mengantarkannya ke peristirahatan terakhir.

Malam hari, usai tahlilan, sekitar pukul delapan. Aku melihat sosok seperti Kakek. Ia membawa keris di tangan kanannya dan mendekatiku. "Ampon bektona bekna," ucapnya sembari meletakkan keris bercorak naga di meja kamar tidurku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun