Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Jika Bahasa Indonesia Bukan Pelajaran Wajib, Maka...

19 Februari 2022   05:58 Diperbarui: 19 Februari 2022   06:05 2504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Merdeka Belajar (dokumen Kemendikbud)

Kemarin, saya menulis opini tentang kurikulum merdeka. Ini tautannya. Saya selaku guru bahasa Indonesia menyampaikan sebuah pertanyaan kepeminatan kepada anak didik. Jika pelajaran bahasa Indonesia bukan pelajaran wajib, apakah kalian akan tetap belajar bahasa Indonesia?

Dari 30 peserta didik, yang menjawab tetap belajar bahasa Indonesia ada 13 anak. Yang menjawab tidak ingin belajar bahasa Indonesia ada 2 anak. Yang tidak menjawab ada 15 anak.

Peserta didik yang tetap belajar bahasa Indonesia menyampaikan beberapa alasan. Pertama, sikap nasionalisme. Bahasa Indonesia adalah bahasa negara. Jadi, seandainya tidak diwajibkan, maka sebagai warga negara harus tetap mempelajari bahasa Indonesia.

Kedua, pembelajaran bahasa Indonesia mudah dipahami dan menyenangkan. Peserta didik yang memberikan alasan kedua berarti sudah merasakan "merdeka". Dia akan senang mengikuti belajar dan memang itulah tujuan kurikulum merdeka, bukan?

Ketiga, karena gurunya seru. Wah, Pak Yoga jadi tersandung eh tersanjung. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran pendidik sangat penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, saya selalu membuat pembelajaran menjadi seru supaya "merdeka".

Peserta didik yang tidak ingin belajar bahasa Indonesia juga memberikan alasan. Mereka tidak tertarik belajar bahasa dan kemampuan berbahasa yang kurang. Tidak masalah, kalau saya jadi menteri, saya bebaskan anak-anak untuk belajar hal yang mereka sukai dan bisa. Tidak ada paksaan dalam belajar.

Hanya saja, nanti pelajaran bahasa Indonesia bisa diselipkan ke pelajaran yang disenangi anak-anak. Misalnya, seni budaya. Anak-anak diarahkan untuk menyanyi lagu nasional Indonesia. Siapa tau dari situ, muncul keinginan kembali untuk belajar bahasa Indonesia.

Nah, yang tidak menjawab ada 15 anak. Ini yang menjadi problem. Hipotesis saya beragam. Mungkin ada yang bingung mau pilih ikut atau tidak. Ada juga yang malas. Iya, malas.

Mengapa Indonesia tidak maju-maju? Sederhana, karena malas untuk maju. Akhirnya, para "pemegang kekuasaan" membuat stimulus agar mereka mau maju.

Ya, ini merupakan fakta pahit tentang pendidikan Indonesia. Tetap semangat untuk para pendidik. Gunakan cara menyenangkan untuk membuat anak-anak menjadi semangat belajar saat menjalankan "kurikulum merdeka".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun