2020-2021
Tahun ketiga, pandemi datang tak diundang. Harus diakui bahwa tahun tersebut, bakat dan talenta anak-anak kurang bisa dieksplorasi. Namun, tetap ada yang bisa bersinar melalui lomba Karya Ilmiah Remaja tingkat internasional.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia, anak-anak belajar dari rumah. Mereka mengerjakan UKBM dan mengikuti kegiatan lomba menulis resensi buku dengan sangat baik. Pada akhir tahun pembelajaran, kami sempat bertatap muka melalui PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas).
Meski ada pandemi, aku masih punya banyak kenangan bersama anak-anak. Salwa (anak paling rajin di kelas meski sibuk lomba KIR), Wilma (jawara lomba resensi buku), Thanisa dan Zizou (anak yang sopan dan aku bisa akrab dengan orang tua mereka), Farsya dan Rizwana (duo vokalis musikalisasi puisi), Rafif (ketua OSIS MTsN 1), Hasna (Jago KIR, cuma kurang rajin kalau disuruh mengerjakan tugas bahasa Indonesia wkwkwkwk), dan masih banyak lagi yang belum aku ceritakan.
2021-2022
Tahun keempat mengajar di kelas bilingual. Entah karena efek pandemi atau tidak, kelas ini awalnya sangat pasif. Hehehe. Namun, setelah terus bertemu di dunia nyata, lambat laun, anak-anak mulai kembali aktif.
Untuk semester ganjil, anak-anak aku fokuskan untuk mengembangkan keterampilan membuat teks berita, iklan, eksposisi, puisi, dan eksplanasi. Baru ketika semester genap, anak-anak mulai kembali menggunakan UKBM (Unit Kegiatan Belajar Mandiri) karena sudah boleh PTM penuh.
Kenangan manis baru akan tercipta. Anak-anak yang paling semangat, seperti Zikral, Andyna, Neisya, Graceea, Dhio, Gaea, Nicky, Avicenna, Haidar, Nisa, Adzraa, Shakira, dan yang lainnya bisa membuat kelas bilingual kembali aktif. Hal itu karena inti dari pendidikan adalah karakter, bukan kepintaran.
Sukses selalu anak-anakku semua. Salam Sastra Matsanewa.
Diari Yoga Prasetya, Malang, 3 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H