Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajadah Malam yang Sepi

12 Agustus 2021   18:15 Diperbarui: 12 Agustus 2021   18:24 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Canva Yoga Prasetya

Sajadah Malam yang Sepi

Di tempat ini tiada pensiunan yang saling membantah. Petunjuk hanya diberikan melalui pelajaran ilmu diam.

Pagi, siang, hingga sore berlalu tanpa keterangan yang pasti. Bahkan, kemerdekaan masih sebatas angan.

Di atas sajadah ini, ada rasa aman meski hanya sekejap. Dan tetesan air wudu mengalir dari rambut menuju kaki.

Ternyata, derajat manusia tidak ditentukan oleh kuantitas. Atau pemberian label dari manusia.

Dalam sepi bulan kemerdekaan, datanglah para pendahuluku. Salam sejahtera untuk Nuh, Ishaq, Yakub, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun.

Malam Jumat, 4 Muharam 1443 H
Puisi Kemerdekaan Yoga Prasetya bagian 37

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun