Biarlah Aku Menyeru di Jalur Sunyi
Jika ada gelap dan terang sebuah tulisan, maka puisi berada tepat di inti kegelapan fana.
Jangan bermimpi akan hadir ribuan pembaca.
Jangan berharap akan diberi singgasana yang utama.
Jangan berkhayal akan diapresiasi oleh birunya warna.
Jika ada ratusan puisi dalam sehari, maka puisi kemerdekaan akan selalu hadir menyapa jiwa.
Masih banyak manusia yang lupa untuk merdeka.
Atau mereka tidak peduli, yang penting bisa hidup dan bergurau senda.
Padahal, hanya dengan kemerdekaan kita akan mengenal Sang Semesta.
"Dan biarlah aku saja yang menyeru kepada kemerdekaan di jalur yang teramat sunyi penuh luka."
Pesantren Nusantara, 25 Zulhijah 1442 H
Puisi Kemerdekaan Yoga Prasetya bagian 10
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI