Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ingatan Seorang Anak Pejabat

2 Agustus 2021   17:57 Diperbarui: 2 Agustus 2021   18:31 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Canva Yoga Prasetya

Ingatan Seorang Anak Pejabat

Di ruang tamu ini datang kawan lama. Dia anak bungsu seorang pejabat. Kudengar bapaknya dapat kursi baru.

Dia berbeda dengan bapaknya. Sangat baik dan mau meminjamkan segenggam uang untukku. Meski tidak terlalu banyak.

Daku bertanya, "mengapa kau tak mau jadi pejabat? Padahal, besar peluang mencapai hal yang diimpikan sebagian rakyat."

Dia menjawab, "Tuhan memintaku menjadi merdeka."

Dia lalu menceritakan semua pengalaman pahit bapaknya kepadaku. Ingatannya tentang betapa banyak tangis yang harus dikorbankan, ketidaktenangan, dan kepedihan akibat takhta.

Malam ini, ada ucap yang akan dikenang.

"Kamu jadi penyair saja. Biarkan aku memerangi mereka dengan caraku sendiri," ucapnya sembari meletakkan selembar kertas bertuliskan wasiat.

Nusantara, 24 Zulhijah 1442 H
Puisi Kemerdekaan Yoga Prasetya bagian 5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun