Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 19)
Masa lalu adalah sekarang. Masa depan pun sekarang. Namun, hanya sedikit yang memahami. Ibarat mendaki puncak gunung, semakin tinggi, semakin jarang yang mampu.
Angka tiada bisa mewakili kedalaman suatu jiwa. Ada yang menulis ribuan karya, tetapi ia masih terikat dengan dunia. Maka, berhentilah mengejar angka.
Warna biru juga bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Betapa banyak mereka yang abai pada jiwa. Para pemilik rumah ini telah melenakan mereka dengan berbagai cara.
Dan, aku masih di sini. Tiada niat selain menuturkan perjalanan jiwa. Ketika jiwa melangkah, itulah akhir dari segala urusan.
Maka, sebelum pergi, maafkan segala khilaf. Karena manusia memang tiada pernah lepas dari salah. Dan, ucapkan selamat pada kaum yang mau melapangkan jalan orang lain, menuju kemenangan. Bersama-sama.
Gus Pras/Yoga Prasetya
Malang, 11 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H