Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 19)

11 Mei 2021   07:32 Diperbarui: 29 Oktober 2021   13:01 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Gus Pras (Canva)

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 19)

Masa lalu adalah sekarang. Masa depan pun sekarang. Namun, hanya sedikit yang memahami. Ibarat mendaki puncak gunung, semakin tinggi, semakin jarang yang mampu.

Angka tiada bisa mewakili kedalaman suatu jiwa. Ada yang menulis ribuan karya, tetapi ia masih terikat dengan dunia. Maka, berhentilah mengejar angka.

Warna biru juga bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Betapa banyak mereka yang abai pada jiwa. Para pemilik rumah ini telah melenakan mereka dengan berbagai cara.

Dan, aku masih di sini. Tiada niat selain menuturkan perjalanan jiwa. Ketika jiwa melangkah, itulah akhir dari segala urusan.

Maka, sebelum pergi, maafkan segala khilaf. Karena manusia memang tiada pernah lepas dari salah. Dan, ucapkan selamat pada kaum yang mau melapangkan jalan orang lain, menuju kemenangan. Bersama-sama.

Gus Pras/Yoga Prasetya
Malang, 11 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun