Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 13)
Kita membicarakan kepedihan dan kemiskinan dalam pahit kehidupan. Khayalan terselip di dada yang berpaling dari doa. Kemuliaan sudah sirna disesatkan fatamorgana.
Nada apa yang kau dengar ketika tidur? Merdukah suara biduan yang berbalut emas dan bertabur berlian di sandangnya? Adakah kau sedang bermimpi memiliki kerajaan di bumi?
Ah, kita, aku, ingin sendiri saja. Sembahyang berulang-ulang hingga bayang berhenti bergerak. Ketika jiwa melangkah, dunia tiada menjadi penunjuk jalan.
Aku ingin bersujud dengan melepaskan mahkota, menguburnya dalam tanah tersembunyi. Jiwa ingin bebas dari belenggu ruang dan waktu.
Berjalan seperti air, mengalir menuju samudera. "Jika aku tiada melihat Kau, sesungguhnya Kau pasti melihatku." Tiada lagi perbedaan antaragama.
Sungguh, itu hanya jalan bukan tujuan. Jika kau telah fanatik, maka kau sudah ditipu manusia bermata satu. Dia mengubah firman Tuhan, menghalalkan darah, dan menciptakan ilusi tatanan dunia baru.
Gus Pras/Yoga Prasetya
Malang, 29 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H