Manusia Pilihan Hujan
Dalam dunia yang berputar, banyak tersebut nama Hujan.
Dia menetapkan cinta dan membangkitkan renungan.
Sampai basah adalah puncak dari kebahagiaan.
Ketika Hujan turun di tahun yang seperti kemarin...
Coba ketuk hatimu untuk mendapatkan manfaat dan menolak mudarat
Coba genggam nadimu untuk merasakan ketenangan jiwa
Ah, aku bukan siapa-siapa. Hujanlah yang meneteskan ilmu tanpa belajar.
Hingga semakin hari, semakin dekat dan menyatu.
Terhapuslah nama aku, kau, mereka, kita bersama jejak rintik rindunya.
Aku lupa akan kepentingan sendiri karena mendahulukan cinta kepada Hujan.
Kesadaran diri sudah lenyap terinjak-injak oleh kaki yang mengingat ketidakpastian.
Untuk apa dunia fana ini, akal telah meninggalkan pertimbangan.
Kau sebut aku manusia pilihan Hujan yang selalu berada di sisinya.
Mereka sebut aku orang sakit karena terlalu banyak memikirkan titik-titik air.
Kita hanya huruf pada diksi yang berlarik dalam bait puisi.
MLG, 4-1-2021
YGPRSTY
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H