Untuk jiwa yang masih terkontaminasi racun dalam sebuah hubungan:
Sabar menghadapi masalah agar dekat selangkah demi selangkah kepada cinta. Berikan keringanan hati dan mudahkan hidup manusia agar tercipta damai. Jati diri kita adalah hidup berdampingan, mau menerima perbedaan.
Diberi akal untuk menjadi plural, bukan tunggal. Setiap jiwa ingin bahagia, ingin dihargai. Jauhi paradigma konflik, logika dominasi, kompetisi negatif. Apakah waktu dan tenaga kita masih disibukkan untuk mencari salah dan menjatuhkan yang berbeda?
Toleransi itu lebih dari sekadar kebajikan, layaknya air dalam kehidupan. Jangan memaksakan pandangan agar seragam. Ketidakpedulian itu rapuh dan mudah diprovokasi. Belajarlah memahami yang lain lalu membuat dialog. Mau saling mendengar dan terima perbedaan.
Temukan persamaan untuk membangun sosial produktif. Berupaya menikmati kebersamaan, meningkatkan kualitas kebaikan kepada sesama. Saling terbuka menciptakan hubungan yang sehat. Bukankah toleransi adalah simbol kekuatan?
Malang, 8 Desember 2020
Yoga Prasetya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H