Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kita, Pengabdian Seumur Hidup

6 Desember 2020   18:00 Diperbarui: 6 Desember 2020   18:01 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika jiwa Berpisah dengan raga, kita akan bertemu kembali di tempat yang sama. Harta yang kita punya, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Yang Maha Kaya. Jabatan yang kita pegang, apakah sudah amanah?

Mari bersama-sama introspeksi diri, merefleksikan masa lalu untuk kebaikan hari ini dan esok. Ingatlah, tanah yang kita injak adalah tempat pengabdian seumur hidup. Air yang kita minum adalah pemberian dari Sang Kasih. Maka, mengapa kita berpaling dari-Nya dan merasa kitalah yang berkuasa?

Ketika menjadi yang terbaik, ucapan selamat cukup simpan di telinga saja. Jangan bawa ke dalam hati, nanti jadi lupa diri. Jika tiada yang mengapresiasi, biarlah Tuhan yang memberi.

Berhentilah berharap pada manusia. Karena itu merapuhkan jiwa yang suci. Karena itu mematikan hati yang abadi. 

Selamat berjuang para pengabdi!

Puisi Yoga Prasetya untuk kita, yang menulis di Kompasiana
Malang, 6 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun