Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tiga Bait Kematian

24 November 2020   20:00 Diperbarui: 24 November 2020   20:00 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Manado.tribunnews.com/Anggie

Senarai nama tersusun rapi di buku catatan malaikat bersayap hitam. Ia mengitari prisma yang menjadi pusat kehidupan dunia. Ketika waktunya tiba, satu nama akan terukir membentuk jalan. Tak perlu menunggu lama, napasnya berhenti. Jantungnya sudah enggan berdetak lagi.

Malaikat berjubah hitam secepat kilat terbang menuju rumah duka. Ia menarik roh yang masih bersemayam di otaknya. Raganya refleks bergerak disaksikan sanak keluarga, tangis menjadi-jadi. Mereka belum rela melepas kepergiannya. Rasa sakit dicabut bersama air mata kematian.

Tubuh sudah kaku dan arwahnya melihat di sudut jendela. Sang malaikat memberi waktu tujuh hari sebelum akhirnya harus pergi ke alam kubur. Tahlilan berkumandang sepanjang malam. Paginya tetesan air mata bercampur cerita masa lalu. Sudah berlalu, yang mati takkan kembali.

Malang, 24 November 2020

Yoga Prasetya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun