Dalam sepi, rintik hujan menyapa tik tik tik. Mereka bahagia dengan caranya sendiri, menjadi pengusik.
Jubahku basah ketika sibuk berkorban sampai lupa waktu. Berjuang memang jangan setengah jiwa apalagi ragu. Di antara cibiran orang, aku keukeuh menghatamkan gelap kriminal. Kata mereka aku sudah gila, sinting, miring, angel kandanane.
Mau bagaimana lagi. Kalau berhenti, lepas saja topeng kebaikan yang dikenang sepanjang masa ini.
Kau tertawa melihat tingkahku melawan zaman yang ambyar. Semua orang berhak bicara, mereka punya hak untuk berujar. Yang menang bukan lagi yang benar. Tolong taburkan bunga di atas keadilan.
Kau mengajak berkompromi. Dengarkan nasihat petunjuk mereka dan redamlah egomu. Buka topengmu kalau perlu perlihatkan wajahmu kepada mereka.
Aku mendebatmu di antara celah-celah argumentasi subjektif. Bila aku ikuti kata mereka, apakah mereka akan berhenti mengusikku? Tidak. Jawabmu kaku. Hobi mereka adalah mengurus orang lain.
Tik tik tik, mereka ternyata menguping diskusi dan mencuri intinya dalam hujan kelam yang tak kunjung reda. Memang kau tak perlu mengharap aku berdamai apalagi hendak memadamkan bara yang menyala. Catat! aku bukan Pahlawanmu.
Malang, 23 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H