Kini, nyawanya sedang melakukan perjalanan menuju Gunung Merapi bersama leluhurnya, Sang Sakera. Tak butuh waktu lama karena mereka berada di dimensi yang berbeda. Dalam dimensi dunia manusia, mungkin bisa memakan waktu sekitar 8 jam.
Seperti angin, mereka melewati awan gelap secepat kilat. Sebelumnya, Pak Mar hanya masuk melalui gerbang gaib di ruang kepala sekolah. Ini merupakan pengalaman pertama baginya.
"Kita sudah sampai," ucap Sakera.
Pak Mar tak menjawab dan hanya melihat keadaan gelap di Gunung Merapi. Banyak pohon berjejeran. Ia belum melihat sosok genderuwo tetapi napasnya serasa sesak. Seakan berada di antara ribuan orang.
"Kita dikepung," kata leluhur Pak Mar singkat.
"Hahaha. Selamat datang di kerajaan kami," ada suara tanpa wajah menggema di balik pohon-pohon berusia ratusan tahun.
"Tunjukkan dirimu!" Teriak Pak Mar.
Satu persatu genderuwo muncul di balik dahan. Mulai dari yang kecil, sedang, besar, hingga yang bermahkota warna ungu. Mata mereka menyala dan mendekat pada Pak Mar.
Sakera sudah mengayunkan aritnya. Tanda siap berperang. Sementara itu, Pak Mar mengeluarkan keris pusaka untuk pertama kalinya. Mereka memasang kuda-kuda menyerang.
Para genderuwo memasang kuku tajamnya. Tidak ada lagi istilah mundur. Yang ada hanya hidup atau mati.
"Seranggggg!!! Suruh genderuwo bermahkota ungu.