Damai. Begitulah keadaan sekolah hari ini. Tiada lagi siswa kesurupan dan pembelajaran di kelas begitu kondusif.
Sangat kontras dengan suasana di rumah Pak David. Ia tersiksa diteror para genderuwo. Apalagi rumahnya sedang sepi lantaran keluarga Pak David berada di Yogyakarta. Ia tinggal sendiri di kota M karena konsekuensi penempatan CPNS.
Di rumah kontrakan tersebut badan Pak David menggigil. Bukan karena sakit tetapi seperti ada yang menakuti dan perlahan menyayat-nyayat mentalnya. Tak kuat menahan rasa tersebut, ia akhirnya menghubungi Pak Mar, sang kepala sekolah.
"Se... selamat siang Pak Mar," ucap Pak David dalam telepon.
"Iya, Pak David. Ada apa gerangan?" tanya Pak Mar khawatir.
"Mereka semakin intens mengganggu saya, Pak."
"Maksudnya, mereka siapa Pak?" Pak Mar masih belum bisa menerka arah pembicaraan.
"Pak Mar, mereka datang Pak. Tolooong!!!"
Tuuut tuuuut. Hapenya mendadak mati.
Pak kepala sekolah segera ke ruang guru menemui Pras. Ia juga meminta alamat rumah Pak David melalui Mbak Hennie, sang resepsionis. Pak Mar juga menitipkan pesan kalau ada tamu yang mencarinya, katakan bahwa untuk bertemu besok saja karena hari ini ia akan keluar kota.