Pertemuan Pak Mar dan Pras di ruang kepala sekolah telah usai. Semua kembali normal karena mereka bisa mengendalikan situasi. Namun, peristiwa lebih menegangkan datang ketika upacara rutin hari Senin.
"Aaaaaaaa"Â
"Grgrgrrg"Â
"Khkhkhlhkh"
Beberapa siswa menjerit di kala upacara bendera hari Senin. Suasana yang tadinya hening tiba-tiba mendadak ramai. Para murid banyak yang pingsan. Ada juga yang siswa yang menangis, tertawa, hingga meronta-ronta.
Hampir semua guru menjadi panik melihat keadaan absurd ini. Pras mencoba menenangkan para siswa yang histeris. Kejadian seperti ini terakhir kali terjadi pada tahun 2016, sebelum Pras menjadi guru di sekolah ini.
Pak Marjono selaku kepala sekolah langsung bertindak. Ia mengomandoi para wali kelas untuk membawa masing-masing anak didiknya. Beberapa guru agama pun dikerahkan membaca ayat-ayat suci.
Hari ini pembelajaran sepertinya ditiadakan. Guru non wali kelas, pegawai, dan satpam diarahkan untuk membantu para wali kelas. Selain itu, gerbang sekolah ditutup untuk tamu agar peristiwa ini tidak diketahui khalayak ramai.
"Pak Pras tolong handle kelas laki-laki. Dokter Dewi mengurus di kelas perempuan," perintah Pak Mar.
"Ba... baik Pak," ucap mereka.