Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Pada Syekh Ali Jaber dan Para Penghafal Al-Quran

18 September 2020   06:04 Diperbarui: 18 September 2020   06:37 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa penikaman Syekh Ali Jaber menjadi berita yang hangat dibicarakan banyak orang. Sampai-sampai beliau diundang ke podcast Deddy Corbuzier bersama Gus Miftah. Melihat wajah Syekh Ali, seketika membuat saya kembali ke masa SD saat berguru pada seorang penghafal Al-Qur'an bergelar Al-Hafiz.

Jangan bayangkan setiap ke rumah/dalem beliau saya hanya belajar Al-Qur'an. Di sana saya dididik tentang kesabaran. Menimba air, menyiram tanaman, dan membersihkan halaman adalah ujian yang diberikan oleh guru saya sebelum belajar kitab suci. Namun, saya hanya bertahan sebulan nyantri di sana karena teperdaya dunia fana.

Masuk usia SMP, saya kembali belajar pada penghafal Al-Qur'an lainnya, seorang ustaz dari Pesantren Sukorejo Situbondo. Sama dengan sebelumnya, saya tak hanya mengaji tetapi juga menyapu musala dan memberi makan hewan ternak. Ajaran beliau adalah sayangi makhluk lain jika kau ingin selamat dunia akhirat.

Puncaknya ketika waktu SMA, saya tinggal di pesantren selama tiga tahun. Belajar pada kiai yang sanadnya bersambung pada Nabi Muhammad Saw. Ketika mengaji Al-Qur'an di masjid, terjadi insiden perampokan di bank yang letaknya ada di area pesantren.

Entah apa yang merasuki perampok itu. Hingga masuk ke wilayah suci seperti pesantren. Dengan sepeda motornya, sang perampok berhasil mengambil paksa sejumlah uang milik nasabah yang diincarnya. 

Ia kabur melewati masjid menuju arah barat yang merupakan jalan buntu. Apakah perampok ini benar-benar "noob" karena tidak tahu peta pesantren atau ada faktor x yang membuatnya linglung?

Teriakan kata "maling!!!" dari arah bank terdengar oleh ratusan santri yang sedang mengaji, termasuk saya. Mereka mengepung dan menghakimi si perampok. Lalu, sang kiai mencoba menenangkan santrinya. Dari wajahnya tersirat kata, "jangan kalian main hakim sendiri".

Kembali ke peristiwa Syekh Ali, beliau tidak pernah merasa dendam pada orang yang melukai tubuhnya. Inilah ajaran tentang kehidupan. Tuhan saja Maha Pemaaf, mengapa kita tidak?

Yoga Prasetya, 18 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun