Setiap orang memiliki cara hidup pribadi. Naruto, misalnya yang berkemauan keras untuk menjadi seorang ninja sejati/nindo. Lantas, bagaimana dengan remaja Indonesia? Mengapa membaca harus menjadi "jalan ninja" bagi remaja Indonesia?Â
Bukan rahasia bila membaca menjadi aktivitas yang kurang diminati oleh masyarakat Indonesia khususnya di kalangan remaja. Hal ini menjadi masalah utama bangsa Indonesia saat ini, selain meningkatnya angka positif Covid 19. Sungguh miris melihat Negara Indonesia yang berusaha menjadi negara beradab dan bisa disejajarkan dengan negara-negara maju dunia tetapi mengapa minat baca masyarakatnya sangat rendah?
Berdasarkan data dari Duta Baca Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2018), minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Dari 61 negara, Indonesia menempati urutan ke-60 terkait dengan minat baca.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya minat membaca. Merujuk pada pendapat Fransisca Desfourina, penulis gramedia.com, ada 5 aspek kurangnya minat baca di Indonesia. Pertama, lingkungan sekitar (keluarga dan pertemanan) yang tidak memiliki budaya membaca. Kedua, generasi serba instan. Generasi tersebut tidak memiliki minat membaca karena membaca adalah sebuah proses yang mendalam untuk memahami suatu ide/gagasan.Â
Aspek ketiga dan keempat ialah adanya gadget/gawai dan kecanduan game online serta media sosial. Sebenarnya, gawai bisa dimanfaatkan untuk kegiatan membaca khususnya untuk penggunaan buku digital. Namun, faktanya gawai digunakan oleh anak kecil sampai orang dewasa untuk bermain game dan menggunakan aplikasi tersebut hampir di setiap waktu luang yang mereka miliki.
Bahkan, lebih parahnya banyak dari mereka menjadi kecanduan. Kalau sudah di tahap kecanduan yang tidak baik, kedua tangan mereka setiap harinya sibuk untuk bermain. Jadi, jangankan untuk menyentuh buku, untuk membaca, untuk makan ataupun bersosialisasi dengan sesamanya pun terkadang mereka hampir lupa.Â
Aspek terakhir yang menjadi penyebab rendahnya minat baca adalah niat dalam diri sendiri. Inilah aspek yang sebenarnya paling esensial. Jika di dalam diri sendiri saja kita tidak memiliki ketertarikan dalam membaca, maka jangankan membaca buku, menyentuh atau mendengar judul buku saja mungkin rasanya sudah malas dan mengantuk. Â
Kita pasti kesulitan menciptakan lingkungan yang baik. Kita juga tidak bisa lari dari zaman yang serba instan, penggunaan gawai, dan maraknya game online serta media sosial. Namun, kita bisa memulainya dari yang paling sederhana, yaitu niat membaca. Hendaklah dimulai dari membaca bacaan yang sesuai dengan hobi kalian.Â
Misalnya, jika hobi sastra, maka bacalah buku berbentuk novel, cerpen, atau puisi. Apabila sudah terbiasa membaca, kita bisa menyebarkan kegiatan positif ini kepada keluarga, teman, hingga lingkungan sekitar. Sehingga, bukan hal mustahil jika membaca menjadi "jalan ninja" remaja Indonesia demi menyongsong generasi emas Indonesia 2045. Â Â
Malang, 7 September 2020 (ditulis oleh Yoga Prasetya,M.Pd.)