[Kegiatan wawancara ini dilakukan sebelum terjadi pandemi Covid-19]
Yogyakarta Sabtu, (07/12/2019) - Menurut Raden Yulianus Gatot Raditya (57) salah satu anggota yang pernah tergabung dalam Paguyuban Sumarah Purbo (Paguyuban Kejawen), Kejawen adalah bagian pedoman berkehidupan bagi masyarakat etnis Jawa. Kejawen dipandang sebagai ilmu yang mempunyai ajaran-ajaran yang utama, yaitu membangun tata krama atau aturan dalam berkehidupan yang baik.Â
Siang itu sekitar pukul 11.00 WIB, kami bersiap dengan membawa peralatan perekam suara dan kamera segera bergegas untuk menemui narasumber di tempat kediamannya, untuk dimintai keterangan mengenai Kejawen. Sesampainya disana, kami langsung disambut oleh Raden Yulianus Gatot Raditya biasa disapa Gatot (57) dengan sambutan lainnya seperti suara-suara angklung bambu yang digantung di atas pagar rumah yang tersapu angin serta kicauan burung kenari di Rumah Gatot, membuat suasana menjadi lebih hangat.
Tepat di ruang tengah rumahnya kami melakukan perbincangan, di mana kala itu kami memberikan beberapa pertanyaan terkait esensi Kejawen berdasarkan pandangan Beliau. Dimulai dari Gatot bercerita bahwa awalnya lahir Kejawen ini ada sejak manusia Jawa itu ada hadir di Dunia. Maka Kejawen merupakan sebuah kepercayaan dari sebuah etnis yang berada di Pulau Jawa. Dalam hal ini filsafat Kejawen didasarkan pada ajaran-ajaran yang kemudian ditemukan oleh para filsuf Jawa jauh sebelum Agama seperti Hindu, Budha, Islam, Kristen, Katolik dan Konghucu masuk di Pulau Jawa. Walaupun Kejawen merupakan kepercayaan, sebenarnya Kejawen bukanlah sebuah Agama.
"Tetapi ada juga beberapa anggota lainnya yang juga justru tidak menganut sebuah Agama. Namun lebih fokus terhadap kepercayaan Kejawen itu sendiri sebagai bagian dari pedoman hidupnya." Ujar Gatot.
budaya, tradisi, sikap, ritual, dan filosofi orang-orang etnis Jawa. Dimana Kejawen sendiri tidak terlepas dari suatu spiritualitas etnis Jawa.
Gatot menambahkan, bahwa Kejawen memiliki pedoman yang ditanamkan yaitu berbudi luhur. Maka sebetulnya Kejawen tampak lebih berupa seni,"Memayu hayuning pribadi, memayu hayuning kulawarga, memayu hayuning sesama, memayu hayuning bawana begitu nilai luhur dari kebudayaan orang Jawa. Memayu hayuning artinya seperti menghargai, berbuat baiklah kepada diri sendiri, keluarga, sesama manusia, serta seluruh makhluk hidup di Dunia ini." Kata Gatot saat ditemui di kediamannya.