Apa hidup tanpa berfilsafat dapat layak dijalankan ? walaupun banyak orang yang menjalani hidup tanpa filsafat toh kehidupan masih bisa berjalan dengan normal-normal saja. Satu yang pasti, tanpa filsafat sekalipun tidak membuat manusia hidupnya akan berakhir. Bukan filsafat juga juga yang dibutuhkan suatu peradaban manusia untuk menjaga keberadaan mereka di dunia. Akan tetapi berfilsafat mengajarkan manusia kehidupan yang jauh lebih baik, karena manusia harus menempati kehidupan yang harus diatur, direncanakan, dan dihiasi oleh berbagai penalaran mengenai alam dan hubungan antar sesama manusia. Jika merujuk pada hal ini, maka filsafat sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia,
Yang jadi pertanyaan orang banyak mungkin, apakah penting nilainya bagi manusia untuk berfilsafat ?
Sejak lahir manusia membawa satu anugerah besar yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya (hewan dan tumbuhan). Aristotales filsuf Yunani kuno berpendapat nalarlah yang menjadi pembeda antara manusia dan mahluk hidup lain. Proses berpikir agaknya sangat melekat pada kehidupan manusia. Hidup yang bermakna dan berkualitas dapat dijalankan dengan pikiran yang dimiliki oleh manusia. Bisa dikatakan manusia adalah mahluk berpikir.
Jika dibandingkan denga mahluk lainnya, seperti tumbuhan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan pengaruh dari kualitas alam sekitarnya, ataupun binatang yang hidup dengan hanya mengikuti nafsu dan nalurinya saja, tidak mempunyai perasaan atau akal yang digunakan dalam mengambil suatu keputusan tertentu. Berbeda dengan manusia yang mempunyai imajinasi dan mampu mengaitkan segala persoalaan, dengan kondisi lingkungan dan situasi kehidupan mereka, yang kemudian diselesaikan dengan akal dan berbagai pertimbangan-pertimbangannya. Dengan menggunakan akalnya, manusia mampu menghadapi kehidupan, mengembangkan kebudayaan, bahkan menghadapi alam. Secara langsung dapat dikatakan jika tindak-tanduk hidup manusia, sangat dipengaruhi oleh cara mereka berpikir.
Dari zaman ke zaman, perkembangan cara berfikir setiap peradaban dipengaruhi oleh perkembangan sosial pada lingkungannya masing-masing. Hal ini tampak jelas dengan adanya perbedaan-perbedaan antara tingkatan capaian ekonomi, politik, teknologi, dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan perbedaan cara pandang setiap masyarakat pada peradaban tertentu. Contohnya jika kita bandingkan cara pandang orang Indonesia, dengan orang Eropa dalam memahami dunia, memahami orang lain, ataupun hal sederhana seperti memahami hubungan manusia antar manusia. Perkembangan cara pandang menandakan bagaimana perkembangan masyarakat secara material.
Pada awal perkembangan cara berfikir sangat erat kaitannya dengan kebutuhan manusia untuk memahami dunia, alam, dan berkaitan dengan cara mereka untuk bertahan hidup. Dalam menghadapi segala kesulitan yang ada, manusia akan mengalami pengalaman juga penemuan yang melahirkan pengetahuan. Yang seiring dengan perkembangannya pengetahuan akan melahirkan kesimpulan yang menjadi dasar dari pengetahuan dan meningkat menjadi kecanggihan pengetahuan yang melahirkan perkembangan teknologi manusia, yang memudahkan manusia memenuhi segala kebutuhannya.
Sejak zaman dahulu kala manusia hominid sudah menunjukkan perekambangan cara berpikir yang luar biasa, pada awalnya mereka mencari makan dengan cara-cara sederhana seperti mengambil buah ataupun sayuran dari tanaman yang mudah diraih dan dijangkau ataupun menangkap hewan buruan dengan mengejarnya. Yang seringkali justru membuat mereka mengalami cedera, entah terjatuh, tertusuk ranting, ataupun patah tulang dan cedera serius lainnya. Kemudian pengalaman ini menumbuhkan cara berpikir dan melahirkan teknologi-teknologi sederhana seperti kapak batu, anak panah, beliung, tombak, kendi untuk menyimpan air dan lainnya.Â
Perkembangan terus berlanjut, manusia hominid mulai memikirkan cara bertani dan berternak, membangun perkampungan sederhana, sistem pemerintahan sederhana yang berkembangan terus menjadi imperium-imperium besar, negara, dan  peradaban modern dengan segala hiruk-pikuknya sekarang.Â
Dalam rentang waktu yang cukup lama dan jauh itu nenek moyang manusia melalui uji coba-uji coba, mulai menetapkan berbagai hubungan antar materi kehidupan, memulai abstraksi, menggeneralisasi pengalaman, yang praktiknya mereka temui dalam kehidupan sehari-hari dan terus berkembang juga disempurnakan oleh genarasi-generasi penerusnya. Gambaran tersebut menunjukkan adanya dialektika antara manusia dengan alamnya yang melahirkan perkembangan cara berfikir dan berfilsafat.
Filsafat dapat mengubah kehidupan dan cara pandang manusia. Dengan begitu berarti manusia akan terdorong untuk mengubah segala sesuatu yang setelah dipikirnya bahwa masyarakat yang ditinggalinya telah jauh menyimpang dari nilai-nilai kebenaran. Dengan begitu filsafat erat kaitannya dengan kerja praktik mengubah kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh Marx "Philosopher have only interpreted the world, in various ways; the point, however, is to change it".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H