Mohon tunggu...
Yoga Prakarsa
Yoga Prakarsa Mohon Tunggu... -

Sekedar pembaca cerita

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Senjata Makan Tuan Demokrat

13 Januari 2014   16:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KPK lagi lagi memperlihatkan Jumat Keramat kepada publik Indonesia. Bagaimana tidak, seorang tokoh nasional masuk tahanan KPK. Ya, Anas Urbaningrum namanya. Ia sudah menjadi tersangka dalam kasus Hambalang selama setahun, dan akhirnya menjadi tahanan KPK setelah sekian lama. Cukup lama, melihat Atut dapat dijadikan tahanan KPK hanya dalam hitungan jari saja. Ada unsur politis, siapa tahu.

Namun, seperti kebetulan, dua tokoh yang menjadi tahanan KPK memiliki satu titik temu jika ditelisik dengan teliti, yaitu Partai Demokrat. Lho, kenapa Partai Demokrat? Simpel, Partai Demokrat secara tidak sadar "sepertinya" bermain dalam penahanan dua orang yang menjadi tokoh penting ini. Mari kita lihat satu persatu.

Atut

Gubernur Banten yang ditahan KPK ini terjerat dua kasus, yaitu kasus Suap MK dalam Pilkada Lebak, Banten dan kasus Alkes Banten. Dalam kasus Atut, tokoh yang paling bersuara dalam memojokkan Atut adalah Demokrat. Lihat saja, bagaimana tokoh-tokoh Banten yang memiliki afiliasi politik kepada Demokrat ramai-ramai menghujat Atut. Mulai dari tokoh-tokoh yang berada di DPRD Banten, sampai rival Atut saat pilkada Banten 2011. Apakah Demokrat hanya berniat untuk menjadikan Atut sebagai tersangka tentu tidak. Demokrat ingin menyandera Golkar di Banten, walaupun suara Demokrat merupakan suara mayoritas di Banten, secara lobi politik di DPRD Banten, Demokrat ingin memastikan bahwa kepentingan Demokrat aman di Banten tanpa adanya gangguan-gangguan dari partai-partai pendukung Atut. Goal besarnya di Banten, sudah pasti ingin menaikkan calon dari Demokrat sebagai Gubernur Banten.

Anas

Kasus Anas diawali dengan "curhatan" yang dilakukan oleh Nazaruddin yang menjabat sebagai Bendahara Partai Demokrat yang menyatakan bahwa Anas terlibat dalam kisruh penggelapan dana dalam kasus Hambalang. Anas disangkakan melakukan penggunaan uang yang berasal dari Hambalang sebesar 50M yang digunakan untuk pemenangan menjadi Ketua Umum Demokrat dalam Munas Partai Demokrat. Mendapatkan pernyataan ini, Anas menolak dan membantah menggunakan uang tersebut. Langkah Anas ini selanjutnya ditelusuri KPK hingga ia menjadi tersangka dalam kasus Hambalang, menariknya Anas langsung mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dan anggota Partai Demokrat, tak sampai disitu, Anas berjanji akan membongkar kasus ini dan "mengancam" Demokrat. Partai penguasa inipun tak tinggal diam, sama seperti dalam kasus Atut, Demokrat pun kerap memojokkan Anas dalam sudut politik.

Pasca dimasukkannya Anas ke tahanan KPK tidak semerta-merta membuat Demokrat menang begitu saja. Malah bisa dikatakan bahwa Demokrat mulai merasakan ketidak-fokusan dalam politiknya. Bagaimana tidak, saat di Banten suara Demokrat pecah belah ketika ingin merebut Banten dari Atut, kini di pusat suara Demokrat pecah belah juga diserang oleh Anas. Ibarat sebuah peribahasa, Demokrat bak jatuh tertimpa tangga. Belum lagi, dari pihak Atut ingin membeberkan juga dosa Demokrat di Banten. Maka sudah jelas, sekarang malah Demokrat yang awalnya begitu menginginkan banyak hal sekarang harus menghadapi banyak hal dan menyudutkan Partai penguasa ini.

Saya sebagai penulis tak mau menghakimi Demokrat, namun sekedar menjelaskan, bahwa pihak-pihak yang Demokrat serang karena kepentingan politik tertentu belakangan malah balik menyerang. Sehingga saya akan katakan, bahwa drama ini akan terus berlanjut, entah sampai mana dan sampai kapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun