Mohon tunggu...
Yoga Gusda
Yoga Gusda Mohon Tunggu... -

iam studying in asbi bogor

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Lancang Kuning

14 Mei 2015   07:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lancang Kuning

Dahulu kala di daerah sekitar pesisir pulau bengkalis terdapat satu kerajaan yang cukup makmur namun tidak terlalu besar, rakyat kerajaan itu mayoritas beragama islam sehingga nama raja yang memimpin kerajaan kecil yang makmur itu adalah Datuk Laksamana Perkasa Alim, Datuk Laksamana Alim memiliki seorang putri yang bernama Siti Zubaedah, Siti Zubaedah adalah gadis yang sangat cantik di kerajaan itu dan paling banyak dilamar oleh kaum bangsawan atau pun raja – raja dari luar kerajaan itu. Dalam menjalankan pemerintahan kerajaan itu Datuk Laksamana Perkasa Alim dibantu dua panglima besar yakni Panglima Umar dan Panglima Hasan. Panglima Umar adalah Panglima yang paling dipercayai Datuk Laksamana Perkasa Alim, misalnya dalam mengatasi perampokan yang dilakukan bajak laut di daerah kekuasaan Datuk Laksamana Perkasa Alim.

Pada suatu hari Panglima Umar berbicara dengan Datuk Laksamana untuk melamar siti Zubaedah menjadi istrinya, Datuk Laksamana pun menerima lamaran Panglima Umar untuk mempersunting anaknya peristiwa ini membuat iri semua bangsawan dan raja – raja dari dalam maupun luar kerajaan yang paling sakit hati atas berita ini adalah Panglima Hasan yang merupakan Panglima Besar dan juga teman Panglima Umar. Pernikahan pun dilakukan seminggu setelah Panglima Umar melamar Siti Zubaedah, pernikahan berjalan dengan sangat lancar, karena Panglima Umar baru mereka sudah sama – sama suka dengan Umar dari dulu – dulunya.

Karena tidak senang dengan kenyataan itu Panglima Umar mencari akal untuk mendapatkan Siti Zubaedah dan akhirnya Panglima Hasan mendapat mendapat akal yaitu dengan menyuruh Bomo untuk menyampaikan kepada Datuk Laksamana agar membuat sebuah lancang yang bewarna kuning, lancang adalah sebutan kapal pada zaman dahulu yang sering diucapkan oleh suku melayu pada saat itu. Karena Bomo adalah orang yang dituakan di kerajaan itu Datuk Laksamana menyetujui pembuatan lancang kuning yang kata Bomo akan berfungsi sebagai mengamankan semua perairan dari lanun. Pembuatan lancang kuning pun dilakukan pagi, siang ,dan malam tanpa berhenti setelah 3 bulan pembuatan lancang kuning akhirnya hampir selesai juga. Tersebar berita bahwa Bathin Sanggoro telah melarang semua nelaya kerajaan itu untuk mencari ikan di tanjung jati.

Mendengar berita itu Datuk Laksamana menyuruh anak buah kesayanganya sekaligus menantunya untuk mendatangi Bathin Sanggoro agar menanyakan apa alasan Bathin Sanggoro melarang para nelayan untuk berlaut. Awalnya Panglima Umar dengan berat hati melaksanakan tugas tersebut karena meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda dan tak lama lagi melahirkan. Akhirnya pergilah Panglima Umar dengan lancangnya menemui Bathin Sanggoro. Sampailah Panglima Umar di rumah Bathin Sanggoro dan menanyakan apakah berita itu benar, mendengar pertanyaan Panglima Umar tersebut Bathin Sanggoro terkejut dan berkata bahwa ia tidak pernah meyebarkan berita seperti kepada para nelayan, dan menganjurkan kepada Panglima Umar untuk menyelidiki asal -muasal berita ini sewaktu ya pulang ke kerajaan Datuk Laksamana Perkasa Alim. Panglima Umarpun menuruti nasehat Bathin Sanggoro sewaktu perjalanan pulang dan berkeliling – keliling mencari siapa yang membuat berita itu, sehingga tidak dirasakan Panglima Umar sudah berkeliling 1 bulan untuk mencari orang yang menyebar berita itu namun tidak ada hasilnya.

Pembuatan Lancang Kuningpun sudah rampung dan akan dilepaskan ke laut, pelepasan lancang kuningdihadiri semua rakyat, petinggi – petinggi kerajaan , bangsawan, dan juga Datuk Laksamana. Semua penduduk negeri bergembira kecuali Zubaedah karna ditinggal suaminya sudah kira – kira satu bulan dan sampai saat ini belum juga kembali karena ia tidak pergi merayakan pelepasan Lancang Kuning tersebut.

Setelah beberapa keperluan perlucuran lancang kuning disiapkan lalu Bomo meletakan tepung tawarnya ke dinding – dinding Lancang kuning, setelah itu Bomo menyuruh rakyat agar mendorongLancang itu ke laut tetapi lancang tidak bergerak sedikitpun, setelah itu Bomo menyuruh beberapa prajurit kerajaan agar mendorong Lancang Kuning tersebut namun lancang sama sekali tidak bergerak dari posisi awalnya. Semua orang pada saat itu kebingungan dan heran pada saat itu juga pawang Bomo langsung menundukan kepalanya karena malu dan langsung meminta maaf kepada Datuk Laksamana “ampunkan tuan ku yang mulia! Kelihatanya Lancang Kuning ini memerlukan tumbal untuk melepasnya kelaut.” ujarpawang Bomo sambil merengek ketakutan kepada Datuk Laksamana “Lalu apa tumbanya, apakah aku haru menyediakan seribu kerbau untuk meluncurkan Lancang Kuning ini ke lautan”kata Datuk Laksamana , ”bukan tuanku bukan kerbau lah yang menjadi tumbal Lancang Kuning tetapi perempuan hamil muda Datuk Laksamanalah yang bisa meluncurkan Lancang ini ke lautan.” Mendengar perkataaan itu Datuk Lakasamana tertunduk lesu dan berkata kesemua orang yang datang menghadiri pelepasan Lancang tersebut untuk pelepasan Lancang diundurkan saja pelepasanya.

Setelah semua orang pulang Paglima Hasan pergi ke istana kerajaan dan dilihatnya Zubaedah sedang duduk termeung memikirkan suaminya yang tak kunjung pulang. Zubaedah terkejut melihat Panglima Hasan tiba – tiba ada di depanya dan langsung berkata “apa maksud kedatangan kau kesini Panglima Hasan?” Panglima Hasan pun menjawab “apalagi yang kau tunggu Zubaedah?suamimu tak akan kembali lagi ,biar aku saja yang menjadi ayah dari anak yang ada di kandungan mu itu!”.”Apa katamu Panglima penghianat?lebih baik aku mati daripada bersuamikan kamu” ujar Zubaedah dengan sangat marah”apa?jika kamu menolak permintaanku,kamu akan ku jadikan tumbal Lancang Kuning yang akan dilepaskan kelaut!”

Karena Zubaedah tetap menolak permintaan Panglima Hasan, Zubaedah langsung diikat kaki dan tanganya serta ditutup matanya dan ditarik, setelah sampai di tempat lancang kuning diluncurkan, paglima hasan mendorong tubuh Zubaedah ke bagian depan Lancang Kuning dan ketika itu juga Panglima Hasan mendorong Lancang kuning ke laut dan lancang kuning punn meluncur dengan mulu hanya didorong oleh Panglima Hasan saja.

Setelah Lancang Kuning berhasil meluncur baru tampaklah dara daging kepadal zubaedah yang berserakan karena menjadi gilingan Lancang kuning. Panglima Hasan langsung menuju rumahnya untuk mengambil hartanya yang akan dibawanya lari dari kerajan Datuk Laksamana Perkasa Alim.

Beberapa saat kemudian merapatlah Panglima Umar yang sudah pergi selama sebulan meninggalkan kerajaan dilihatnya Lancang Kuning sudah ada di laut dan dilihatnya juga anak istrinya hancur di tepian pantai, alangkah sedihnya Panglima Umar melihat tubuh anak istrinya hancur berserakan dan dia langsug berkata pasti dalang ini semua adalah Datuk Laksamana , tetapi barusaja ia berkata itu Datuk Laksamana langsung menuju kearah Panglima Umar dan pada saat itu pula mata pedang Panglima Umar Langsung menembus dadanya Datuk Laksamana, disaat itu juga Datuk Laksamana Perkasa Alim menghembuskan nafas terakhirnya. Sesaat setelah itu datanglah Bomo ia menceritakan semua kebenaran yang terajadi, bahwa yang mejadikan Zubaedah sebagai tumbal Lancang Kuning adalah Panglima Hasan bukan Datuk Laksamana. Setelah mendengar perkataan Bomo tadi Panglima Umar langsung mencari Panglima Hasan.

Setelah berjalan sedikit ke istana dilihatnya Panglima Hasan sedang membawa tas besar yang kelihatanya dia akan pergi jauh dengan tas seperti itu, pada saat itu juga Panglima Umar mengejar Panglima Hasan dan didapatinya Paanglima Hasan lagi terjatuh karena tersandung batu, tanpa berpikir panjang Panglima Umar menghunuskan Mata pedangnya keleher Panglima Hasan sehingga kepala Panglima Hasan langsung berpisan dari badanya,kejadian tersebut banyak dilihat rakyat kerajaan tersebut.

Waktu itulah Panglima Umar sambil mengambil pedangnya dan berkata ia telah membunuh Datuk Laksamana karena kebodohanya serta kematian Panglima Hasan karena tindakanya sendiri karena dari itu ia memutuskan untuk meninggalakan kerajaan itu selamanaya dan pergi ketempat lain untuk mencari kehidupan baru ia pergi berlau dengan Lancang Kuning yang sudah menggiling anak dan istrinya, ketika ia sampai ditengah laut datanglah ombang besar dan topan yang menghancurkan Lancang Kuning pada saat itu masyarakat pesisiir di daerah itu percaya bahwa jangan membuat Lancang berwarna Kuning pada saat anaknya sedang hamil. Lama kelamaan sebutan Lancang Kuning dijadikan sebagai lagu dan lambang kejayaan masyarakat riau.

Amanat:Janganlah mengambil keputusan terburu – buru seperti Panglima Umar yang menghunuskan Pedanya keperut Datuk Laksamana tanpa bertanya sepatah katapun lalu janganlah kamu lari dari kenyataan karena akan itu adalah sesuatu yang sangat tidak baik contohnya Panglima Umar ingin memulai hidup barunya dengan berlaut menggunakan Lancang Kuning tetapi di tengah laut Lancang tersebut tersapu dengan topan dan ombak besar. Janganlah kamu mengambil hak orang lain seperti Panglima Hasan yang mau meperistri Zubaedah yang sebenarnya adalah istri Panglima Umar yang akhirnya Zubaedah menjadi gilingan Lancang Kuning. Janganlah kamu berniat atau melakukan niat jahat nanti kamu akan menanggung akibatmu sendiri seperti Panglima Hasan yang ingin memperistri Zubaedah tetapi ia malah menjadikan Zubaedah sebagai tumbal Lancang Kuning yang akhirnya ia dibunuh juga oleh Panglima Umar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun