Sejenak, mari kita memfokuskan hati kita. Mengingat kembali tentang kekuatan Sang Kekasih Allah di kala itu. Alangkah pantasnya kita, jika bersedia menyampaikan solawat berselimut salam syahdu, kepada Sang Kekasih Allah yang menawan itu. Karena kesyahduan yang kita miliki akan menjadi penolong kita kelak di hari perhitungan.
Perang badar adalah salah satu aset yang bernilai dan pantas digelari sebagai magnum opus-nya umat Islam karena pemeran utamanya. Peristiwa ini terjadi tepat pada suatu malam yang spesial di bulan Ramadan. Sebut saja sebagai malam yang sangat istimewa, atau orang mengenalinya sebagai malam Lailatul Qodar.
Keberadaan malam Lailatul Qodar itu tidak terlepas dari berbagai argumentasi dan pandangan yang berbeda-beda. Khususnya terkait penjelasan waktu hadirnya malam Lailatul Qodar ini.Â
Yang pasti semua malam yang ada di bulan Ramadan itu baik, namun yang membedakan  antara malam yang baik dengan malam yang istimewa adalah bagaimana eksistensi seorang hamba pada setiap malam, baik dalam ibadahnya, seperti apakah ibadahnya, dan juga seberapa fokus serta seberapa bernilaikah  hal tersebut di mata Allah Swt.
Sesungguhnya didalam perang badar terdapat ibrah yang sangat menakjubkan yang bisa kita petik. Bahwa dengan kekuatan usaha saja pun tidak cukup. Sebut saja itu adalah pengingat bagi kita semua tentang suatu hal yang sering kita abaikan. Yakni, dengan tidak melengkapi usaha kita dengan suatu hal yang berharga seperti bait-bait doa, itu semua hanya tertuju kepada Sang Maha Pengasih.
Peristiwa besar ini menjadikan Sang Kekasih Allah, sebagai aktor utamanya. Kuantitas yang tersudutkan di kala itu, kemudian menjelma menjadi kualitas yang diunggulkan. Kemudian beberapa pertanyaan pun terlahir dibenak kita semua.Â
Yakni, "Apa yang sebenarnya terjadi di kala itu?". Tentu itu semua bisa terjadi, dan hal itu pun tidak lepas dari peran aktor utamanya, yakni Sang Kekasih Allah. Tiba pada pertanyaan selanjutnya pula mengenai, "Lalu, apa yang dilakukan Sang Kekasih Allah di kala itu?".
Kebenaran yang harus kita terima adalah bahwa di saat itu Sang aktor utama tidak menafikan kekuatan doa dibalik luasnya perjuangan yang dilakukannya.Â
Artinya, selevel Sang Kekasih Allah pun tidak lupa melengkapi semua usahanya dengan bait-bait doa. Pada akhirnya, hadiah indah pun didapatkan dari Sang Maha Pengasih.
Jadi, pertanyaannya yang kembali muncul adalah "Sudahkah kita melengkapi semua usaha kita dengan bait-bait doa? Jika belum, bersegeralah.".