Mohon tunggu...
yoga febrianto
yoga febrianto Mohon Tunggu... Freelancer - Enjoy

Mahasiswa Manokwari-Yogya Freelance fotografer Pra-wedding, group, personal, produk

Selanjutnya

Tutup

Money

Fenomena Coffee Shop Di Kalangan Konsumen Remaja

29 Desember 2020   19:16 Diperbarui: 29 Desember 2020   19:32 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coffee shop pada mulanya hanya menyediakan dan menjual kopi dan dengan cepat. Para konsumennya juga berasal dari segelintir orang yang benar-benar suka dan mengerti tentang kopi. Tapi dengan seiring berjalanannya waktu, kini coffee shop tidak hanya menjual atau mengandalkan rasa yang enak dan  nikmat, melainkan coffee shop pada era sekarang mulai berinovasi dengan memunculkan dan membuat inovasi baru seperti konsep bangunan dan juga hiburan. Sebagai contoh mulai dari tahun 2018-2020 ini banyak coffee shop yang membuat bangunannya atau tokonya berkonsep semi industrial, selain itu banyak coffee shop yang mulai menjual hiburan seperti live music di coffee shopnya. Dengan beberapa inovasi dari coffee shop ini para konsumen yang datang bukan lagi berasal dari orang-orang yang mengerti tentang kopi, melainkan para remajapun mulai berdatangan dan juga mulai memenuhi bahkan mendominasi menjadi konsumen di coffee shop yang ada di Indonesia. Apalagi adanya fasilitas wifi yang membuat para remaja ini untuk datang dan mengkonsumsi menu yang ada di coffee shop.

Tidak hanya menikmati kopi yang ada di coffee shop, para remaja ini juga bisa memesan menu-menu lain selain kopi, misalnya green tea, coklat dan berbagai macam minuman lain. Selain itu coffee shop sekarang juga menjual makanan, mulai dari cemilan hingga makanan berat seperti ayam geprek, mi goreng dan masih banyak lagi. Inilah yang membuat coffee shop mulai menjadi fenomena konsumen dikalangan remaja.

Menurut National Coffee Association United States tahun 2011, terdapat peningkatan konsumsi kopi harian pada remaja usia 18-24 tahun. Sekarang cofee house memunculkan suasana yang nyaman dan sederhana hal ini disukai oleh para remaja dikarenakan suasana dan lokasi yang nyaman. Maka dari itu peminum warung kopi bukan hanya para orang -orang tua saja, tetapi para remaja mulai ikut serta dalam menjamahi kenikamatan warung kopi yang dulunya hanya dirasakan oleh para orang-orang tua (Farhan Nurikhsan, 2019).

Selain inovasi-inovasi yang sudah disebutkan diatas para remaja mulai tertarik datang ke coffee shop adalah pengaruh dari media sosial. Media sosial saat sekarang sangat digandrungi anak muda terutama remaja. Dengan banyaknya postingan-postingan dari coffee shop yang memposting tentang kopi dan juga nongkrong yang asik di coffee shop, dengan ini para remaja atau kaum millenial terpancing untuk mencoba tren tersebut. Selain dari media sosial, banyaknya film dan juga video-video dokumenter tentang coffee shop para remaja tertarik nongkrong di coffee shop, bahkan sekarang sudah menjadi populer dikalangan remaja untuk nongkrong di coffee shop.

Dengan munculnya budaya populer ini serta melihat peluang besar untuk mencapai kesuksesan lewat kopi, tidak sedikit para pemuda dan remaja mulai mempelajari lebih dalam tentang kopi, mulai dari membuat coffee shop, bahkan membudi daya tanaman kopi untuk dijual ke pengepul. Tapi, banyak juga remaja yang mendapat sisi negatif dari fenomena ini, yaitu sifat konsumerisme. Sifat ini muncul untuk mencari kesenangan atau kepuasan diri sendiri, seperti, datang dan nongkrong ke coffee shop setiap malam lalu memesan kopi dan makanan dan tidak lupa mengabadikan moment lalu menguploadnya ke sosial media seperti instagram untuk dikatakan gaul dan tidak ketinggalan zaman. Tujuan dari konsumerisme adalah untuk mencapai kepuasan diri dengan mengonsumsi atau membeli barang-barang (mewah) tanpa melihat nilai guna dari barang yang dikonsumsi tersebut. Selain daripada itu, konsumerisme juga menjadi tolak ukur keberadaan individu dalam kelas sosial masyarakat. Selanjutnya, Gervasi (Baudrillard, 1998: 63).

Namun, ada sisi positif dari budaya populer nongkrong di coffee shop bagi remaja yaitu menambah dinamika di kehidupan bermasyarakat, gampangnya menambah pertemanan dan menambah relasi yang bisa berguna dikemudian hari. Hal ini bisa berguna ketika para remaja datang ke tempat asing yang mereka baru datangin, mereka dapat dengan mudah ngobrol dengan orang setempat atau orang asing lalu menjadi akrab karena sudah biasa ngobrol dan bergaul dengan banyak orang ditempat tongkrongan. Dari hasil penasaran para remaja ini tentang kopi dan coffee shop yang kebanyakan bermula dari melihat postingan-postingan instagram orang-orang, hasilnya kopi dan juga nongkrong di coffee shop yang menjadi budaya populer untuk saat ini dijadikan lifestyle bagi para remaja. Jadi dengan fenomena maraknya para remaja menjadi konsumen coffee shop, banyak coffee shop berlomba lomba meniciptakan inovasi dari segi thematic bangunan dan toko, segi hiburan dan juga segi fasilitas untuk menarik hati dari remaja-remaja ini untuk datang ke coffee shop dan secara tidak langsung para remaja ini mengubah budaya coffee shop yang dulunya kopi dianggap untuk hanya orang tua sekarang justru kopi dan coffee shop menjadi budaya populer dikalangan konsumen remaja.

Yoga Rachmat Febrianto-Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun