Mohon tunggu...
Yoga Adiansah Nasir
Yoga Adiansah Nasir Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat Sosial

Menulis dengan rasa, sesuai realita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

NU dan FPI

24 November 2020   06:40 Diperbarui: 5 Juni 2024   15:18 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NU adalah singkatan dari Nahdlatul Ulama, yang artinya: (Kebangkitan `Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam). NU merupakan organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, organisasi ini lahir pada tanggal 31 Januari 1926, sekitar 93 tahun silam yang lalu. Menggelar pertemuan pada saat itu di kediaman K.H. Wahab Chasbullah di Surabaya atas prakarsa dari K.H. Hasyim Asy`ari, yang di hadiri oleh para kiai ternama dari Jawa Timur, Madura, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sehingga sampai saat ini NU menyebar dan berkembang serta tetap berdiri kokoh dalam menyampaikan dakwah Islam di tanah nusantara ini.  Sebenarnya sebelum itu upaya semacam ini sudah dirintis terlebih dahulu jauh sebelumnya bersama K.H Mas Mansur, yaitu mendirikan Nahdlatul Wathan yang artinya “kebangkitan tanah air” pada tahun 1614. Nahdlatul Wathan berkembang pesat dan pada 1916 sudah memiliki madrasah dengan Gedung besar serta bertingkat di Surabaya, dan cabangnya pun berdiri dimana-mana.

Sedangkan Front Pembela Islam ini atau di kenal dengan FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 yang bertempat di halaman Pondok Pesantren Al Um, kampung Utan, Ciputan di Jakarta bagian Selatan oleh sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh dan Aktivis Muslim yang disaksikan ratusan santri. Organisasi ini berdiri sekitar empat bulan setelah Presidan Soeharto mundur dari jabatannya.

Di tengah isu-isu tentang kepulangan Habib Rizieq sebagai pemimpin FPI yang menuaikan pro dan kontra di tengah masyarakat, sehingga banyak yang bertanya, apa beda Nahdlatul Ulama (NU) dan Front Pembela Islam (FPI)? Apa pula persamaannya? Karena akhir-akhir ini NU dan FPI sering bersitegangan di lapangan. Mungkin kita bisa melihat dari tiga sisi, sisi ‘amaliyyah, fikrah, dan harakah. 

Yang pertama sisi ‘amaliyyah, secara ‘amaliyyah ubûdiyyah, tradisi NU dan FPI itu sama, NU qunut, FPI pun memakai qunut. Tarawih nya juga sama-sama 20 rakaat.  Sama-sama gemar shalawatan, tahlilan, dan ziarah kubur. Shalawatannya sama-sama pakai kata ‘sayydina’. Jelas kedua-duanya bukan penganut Islam puritan. Karena itu, FPI pasti tidak cocok dengan aliran Islam yang mengusung agenda purifikasi. Dalam soal ini, FPI akur dengan NU dan tidak sejalan dengan Wahabi, HTI, Islam modernis, dan aliran lain yang agendanya adalah memberantas TBC (tahayul, bid’ah, dan churafat).

Yang kedua, secara fikrah, FPI akur dengan NU dalam fikrah dîniyyah (pemikiran keagamaan), tetapi selalu tidak akur dan tidak satu pendapat dengan NU dalam fikrah siyâsah (pemikiran politik). Dalam fikrah dîniyyah, NU dan FPI sama-sama pengikut ajaran Abu Hasan al-Asy’ari dalam tauhid, pengikut Imam Syafi’i dalam fiqih, dan al-Ghazali dalam tasawuf. Habib Rizieq juga dalam berbagai kesempatan, menegaskan dirinya sebagai penganut Asy’ari dan membatah i’tiqad Salafi-Wahabi. Sedangkan dalam fikrah siyâsah, FPI berseberangan dengan NU. NU menyatakan NKRI final, dalam bentuk sekarang. Sedangkan FPI menginginkan NKRI Bersyariah. seperti adanya Piagam Jakarta. Dalam hal ini FPI tidak sependapat dengan NU. Dan FPI sepertinya punya titik temu dengan sejumlah ormas Islam yang mendukung agenda formalisasi syariat Islam, entah itu HTI, Wahabi, atau sebagian partai yang mengusung isu formalisasi syariat Islam.

 Sisi ketiga adalah dalam harakah (gerakan), NU dan FPI cenderung berbeda’ Dakwah NU mengusung prinsip tawassuth (moderasi), tasâmuh (toleransi), tawâzun (proporsional), dan i’tidâl (tidak berat sebelah). NU mengayomi budaya dan meyakini syariat Islam bisa diterapkan secara swadaya oleh masyarakat, tanpa legislasi dan campur tangan negara. Pemberlakukan syariat Islam yang perlu campur tangan negara, seperti hudud, bisa diganti dengan hukuman lain yang bisa diterima semua pihak. Dalam harakah ini FPI juga punya titik temu dengan gerakan Islam transnasional yang mengusung agenda formalisasi syariat Islam. satu setengah FPI cocok dengan NU, satu setengah yang lain FPI berbeda dengan NU. Namun, dibanding kepada ormas Islam puritan, FPI lebih dekat secara ‘amaliyyah' dengan NU. 

Habib Rizieq juga pernah bilang bahwa FPI bukan orang lain. FPI adalah anak NU yang bandel. Jika FPI sekarang cenderung ‘bersahabat’ dengan Islam puritan, mungkin itu aliansi taktis untuk tujuan politis dalam mewujudkan capain-capain tertentu bagi FPI. Karena FPI juga kerap mengritik pemerintah melalui orasi atau ceramah para tokohnya yang sangat lantang dan keras menyindir dan memprotes kepada pihak pemerintah, sehingga membuat sebagian para kelompok ormas dan partai politik melihat FPI.

Harapannya, ini hanya berbeda dalam fikrah siyasah (pemikiran politik) dan harakah (gerakan) saja. Tentu setiap orang, apalagi kelompok pasti berbeda sudut pandangannya memaknai sesuatu sesuai dengan tujuan dan kepentingan kelompok itu sendiri. Akan tetapi berbeda dalam fikrah siyasah dan harakah bukan berarti berbeda dalam beragama apalagi berbeda dalam bernegara. Maka daripada itu, ini adalah hal yang wajar-wajar saja. Negara ini adalah negara hukum, jika ada yang melanggar hukum silahkan kita serahkan kepada pihak yang berwenang di negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun